Oleh: Arini Jauharoh
Jika boleh memilih, mari beramai-ramai meminta kepada pemberi nyawa agar kita tidak diwafatkan saat virus Corona dari Cina mewabah. Mari meminta kepada-Nya agar kita kelak diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah, diampuni dosanya dan diterima amalnya.
Semoga saat meninggal, banyak yang mendoakan, mengantar jenazah menuju peristirahatan terakhir. Keluarga besar datang dan menngantarkan; anak, istri/suami, saudara, famili, teman, handai taulan, kerabat, kenalan, relasi, semuanya.
Semoga mereka menangisi kepergian kita lantaran kebaikan yang pernah dilakukan. Harapan-harapan positif seperti ini, insya Allah akan menjadi nyata.
Tapi saat Corona datang, semua bisa berubah. Semua tergantung dari keadaan. Semuanya serba tidak menentu dan was-was. Bagi yang positif Covid-19, sudah ada prosedur tersendiri. Tak boleh dimandikan. Pemakaman tidak boleh dihadiri banyak orang.
Mirianya, meski dibatasi, mengapa masih banyak yang tidak manusiawi dengan melempari batu kepada pengantar jenazah dari rumah sakit. Jenazah mereka ditakuti, seolah pembawa penyakit.
Ada pula yang tidak terkena virus, tapi karena stigma dan keraguan, warga yang takziah pun hanya hitungan jari. Dan jika tak ada stigma, masih muncul ketakutan saat melayat karena bertemu banyak orang.
Baca Juga : Mencari Hikmah di Balik Corona
Gambaran-gambaran itu pula yang saya khawatirkan, ketika ibu kawan saya wafat di Surabaya dan Blitar. Saya hanya berucap bela sungkawa dan berdoa dari jauh.
Meski demikian, kekhawatiran selayak itu juga perlu, selama tidak berlebihan mengingat adanya peristiwa di Malang dan Cianjur. Dikira wafat baik-baik saja, disholatkan dan dimandikan keluarga. Namun setelah meninggal baru diketahui bahwa almarhum/ah positif Corona. Alhasil, semua menjadi repot dan berujung pada karantina.
Menyikapi fenomena seperti ini, saya mengusulkan agar para ustad dan kyai menganjurkan untuk Shalat Ghaib, baik bagi mayat yang terkena virus corona maupun yang tidak. Karena kekhawatiran akan berkumpul dengan orang banyak saat bertakziah. Shalat ghaib berjamaah di rumah masing-masing sembari mendoakan almarhum/ah, semoga husnul khotimah.
Penulis adalah seorang Notaris, tinggal di Malang
Terkait
Hewan Bukan Aksesori Belaka!
Rumus Tekanan (Hidup)
Kemanusiaan