Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Mencari Hikmah di Balik Corona

mencari hikmah di balik corona by orangramai

Oleh: M. Sirot, Ketum Gelora Jawa Timur

Kata orang bijak, di balik musibah selalu ada hikmah. Itulah yang dialami rakyat Indonesia saat ini. Banyak ide, gagasan dan kreativitas muncul karena musibah wabah Corona.

Karena kelangkaan APD, para tenaga kesehatan membuat pengaman diri dari bahan jas hujan. Memang jauh dari standar kesehatan, tetapi itulah cara meminimalisir risiko. Seperti peribahasa; tak ada rotan, akar pun jadi.

Ada lagi, warga Surabaya yang menyemprotkan disinfectan dengan menggunakan drone. Pesawat mini tersebut berputar putar mengitari kampung-kampung di Surabaya.

Ada pula yang membuat gerbang kampung disinfectan. Setiap warga Kampung Pilahan Kecamatan Kota Gede Yogyakarta tersemprot secara otomatis jika memasuki gerbang kampung.

Begitu pula dengan kelangkaan masker di pasaran lekas dijawab warga dengan membuat masker dari bahan tisu basah, yang tentu lebih aman daripada tidak menggunakan masker.

Kami di Partai Gelora pun seperti menemukan hikmah di balik musibah Corona ini. Biasanya dalam setiap rapat, kami mengharuskan ngopi darat, tapi demi mematuhi anjuran phisycal distancing, rapat dilakukan secara online. Tanpa ketemu, tapi selalu menyebut nama dalam doa-doa. Indah.

Selayak di partai, demikian pula pada usaha yang saya rintis. Rapat tak lagi ngopi darat tetapi diganti dengan rapat online. Selain tak ada rapat pertemuan, sebagian pekerjaan tak lagi dilakukan di kantor, tetapi diselesaikan dari rumah.

Baca Juga : Bersama Kita Perangi Corona

Diakui atau tidak, selama ini, sebagian kita berpikir njlimet, ribet, repot. Namanya kerja ya harus di kantor. Faktanya, ada sebagian pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah.

Lembaga pendidikan pun tak kalah kreatif karena terjangan Corona ini. Mereka mulai menerapkan pengajaran sistem online. Siswa tetap bisa belajar dari rumah. Sebagian guru menggunakan berbagai aplikasi untuk pengajaran. Para siswa dan guru bisa saling terhubung dan berinteraksi layaknya di kelas pertemuan fisik.

Dengan keterpepetan lantaran virus Corona ini, semua orang dipaksa memikirkan ulang apa yg selama ini dilakukan.

Kerja; apa harus di kantor? Sekolah; apa harus di ruang kelas? Menjual berbagai jenis makanan; apa harus duduk manis di pasar?

Kondisi ini juga merembet ke manajemen rumah tangga. Selama ini, sebagian besar pekerjaan di rumah saya dihandle oleh khadimah, asisten rumah tangga. Akibatnya, sebagian anak kurang mandiri dan kurang bertanggung jawab pada diri sendiri.

Alhasil, saya memutuskan untuk meliburkan asisten rumah tangga untuk sementara waktu. Libur tetapi tetap digaji. Qadarullah, khadimah tidak stay di rumah tetapi berangkat pagi pulang sore.

Dengan kondisi seperti ini, saya juga menyulap rumah menjadi media kemandirian dan pembelajaran. Anak-anak harus mengurus diri sendiri. Bersihkan kamar, cuci dan setrika pakaian. Kita adakan program belajar kuliner, memasak, membuat kue, menaman dan merawat tanaman serta belajar bisnis online.

Hasilnya dahsyat. Alhamdulillah. Anak-anak jadi enjoy dan tentu lebih mandiri.

Semua ‘berkah’ ini ditemukan karena adanya keterbatasan. Apalagi hal ini sejalan dengan kebijakan social distancing. Saya membatasi anak dan istri agar tak terlalu sering keluar rumah. Saya harus protektif. Apalagi istri dan kedua anak saya dalam kondisi sakit. Virus akan mudah “menaklukan” mereka yg imunitas tubuhnya lemah.

Akhirnya, sepelik apa pun masalah yang dihadapi akibat Corona ini, masih banyak hikmah yang bisa kita gali hingga musibah ini kita rasakan ‘berkahnya.’

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: