Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Bahasa Arab Fusha dan Ammiyah

Bahasa Arab Fusha dan Ammiyah by orangramai

Saat dulu saya pernah menjadi juri Debat Bahasa Arab Antar mahasiswa se Malaysia, semua orang yang terlibat dalam acara tersebut: Panitia, para juri dan peserta menganggap saya adalah lulusan perguruan tinggi di Timur Tengah. Atau setidaknya LIPIA Jakarta. 🙂

Padahal yang benar, sampai tulisan ini saya buat, saya belum pernah menginjakkan kaki di tanah Arab manapun. Pun, belum haji dan umroh. Walau ada saja yang juga nekat manggil saya Pak Haji. Mungkin dikira saudaranya Rhoma Irama. Haha

Itulah yang saya sebut dengan husnuzhzhon berjamaah. Sebab dugaan mereka bertemu pada satu titik: Man tahaddatsa bil arabiyah biththolaqah, fala budda min khirrijil jami’atil arabiyah.

“Takharrajta minal Azhar fi ayyi ‘am?” ini orang menganggap saya adalah alumni Azhar. Secara memang banyak pengajar bahasa Arab di Malaysia adalah alumni kampus yang didirikan Dinasti Syiah Fatimiyah tersebut.

Ada lagi yang bertanya, “Anta khirrij ummil qura am Aljami’atal Islamiyyah?” ini adalah dua kampus yang berada di Mekkah dan Madinah.

Mungkin ada yang mendengar ketika saya ngomong, meniru orang Mesir. Sedang pada ketika yang lain meniru orang Saudi. Itu tidak mengherankan karena saya pernah diajar oleh dua native dari kedua negara tersebut.

Tapi akhir-akhir ini mungkin gaya saya sudah mulai meniru orang Yaman, tepatnya Hadramaut, karena sekarang saya lebih banyak mendengar dan berkomunikasi dengan para habaib yang berasal dari Yaman Selatan.

Saya memang begitu menyukai bahasa Arab, karenanya saya suka bertutur dengannya. Suka membaca tulisan berbahasa Arab dan mendengar lagu-lagu Arab.

Dalam banyak hal yang saya tulis, pun tak lepas dari apa yang saya dapatkan dan pahami pada tulisan-tulisan berbahasa Arab.

Bahasa Arab itu keren: magic, seksi dan seringkali menumbuhkan banyak arti yang tak terjemahkan, hanya pada beberapa penggal kata saja.

Lepas dari itu, tentu karena bahasa Arab adalah bahasa kitab suci saya. Bahasa peribadatan saya. Bahasa doa-doa dan permunajatan.

Junjungan saya, Baginda Nabi saw, pun adalah orang Arab, yang hanya berkomunikasi sepanjang hidupnya dengan bahasa Arab. Maka, disebutkan bahwa saat kita bicara dengan bahasa Arab, itu adalah senyatanya pengamalan sunnah Nabi.

Baca Juga : Jadi Dokter Ditulis dr Atau Dr?

Setidaknya ada 22 negara yang tergabung dalam Liga Arab. Negara-negara tersebut adalah negara yang resmi menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa nasional atau bahasa utama dalam komunikasi formal ataupun non formal.

Selain 22 negara tersebut, terdapat beberapa negara yang tidak tergabung dalam Liga Arab, tapi juga menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasional atau bahasa ke dua.

Bahasa Arab sendiri terbagi menjadi dua: Fusha dan Ammiyah.

Fusha adalah bahasa standar (baku) yang menjadi bahasa akademik, komunikasi media, komukasi pejabat dan literasi.

Adapun Ammiyah yang juga sering disebut lahjah adalah bahasa sehari-hari antar orang pada umumnya. Di pasar, di jalan, di terminal dan tempat-tempat umum lainnya biasanya berbicara dengan ammiyah.

Bahasa Fusha adalah bahasa asli Arab yang tidak mengalami perubahan secara kaidah sejak dahulu kala hingga masa modern ini.

Walau tentu sebagai bahasa dunia, bahasa Arab juga tidak bisa terhindar dari berbagai pengembangan dan hadirnya kosa kata serapan dari bahasa lain. Terlebih pada istilah-istilah medis dan teknologi.

Semisal seorang guru saya dulu pernah bertanya arti ويدوز (windows), saat perangkat komputer masih menjadi sesuatu yang baru.

Bahasa Arab Fusha sebagai bahasa standar, tidak terdapat perbedaan pada semua negara yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi. Semisal Aljazair, Libiya, Lebanon dan lain sebagainya.

Secara kaidah persis sebagaimana yang kita baca pada Al Qur`an dan hadis-hadis Nabi. Walau secara penulisan terdapat beberapa perbedaan antara rasm Usmani (mushaf) dan kaedah imla` secara umum. Misal pada penulisan shalat. Di mushaf kita tahu صلوة, sedang penulisan umum ditulis صلاة.

Sedangkan Arab Ammiyah, itu tidak mempunyai standar baku. Makanya terdapat banyak perbedaan antara Ammiyah Saudi, Mesir, Irak dan lain sebagainya.

Bahkan perbedaan tersebut terjadi antar kota yang terdapat dalam satu negara. Misal antara Mekkah dan Jeddah. Antara Kairo dan Iskandaria, antara San’a dan Sewun dan lain sebagainya.

Saya sendiri sedikit tahu tentang beberapa lahjah, semisal orang Mesir ketika menyebut huruf ج, itu gim. Makanya jamal mereka sebut gamal. Jumu’ah, mereka sebut gumu’ah. Huruf ق mereka baca af. Maka qalbi, mereka sebut albi.

Adapun Yaman (selatan), ج mereka baca yim. Maka majlis mereka sebut mailis. Sedang huruf ق mereka baca gaf. Maka qalbi mereka baca galbi.

Oiya, satu di antara yang saya suka dari bahasa Arab adalah karena bahasa ini seksi. Ketahuilah bahwa yang seksi itu adalah bahasa Ammiyah. Lihatlah ketika Nancy bernyanyi. 😀

(Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: