Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Melukis Jiwa Anak dengan Pola Asuh yang Tepat

Melukis Jiwa Anak dengan Pola Asuh yang Tepat by orangramai

Oleh : Ana Rahmiati

Semua orangtua tentu ingin anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Namun, tak semua orangtua paham cara untuk mencapai hal tersebut. Banyak orangtua yang terkejut saat anak tumbuh tidak sesuai harapan, meski orangtua sudah merasa mendidik dengan baik.

Fakta di lapangan memperlihatkan, mengetahui pola asuh yang tepat, tidaklah cukup. Yang juga penting adalah konsisten dalam penerapan pola asuh dan membersamai tumbuh kembang anak.  Orangtua juga harus punya tujuan dan bayangan mengenai masa depan anak. Kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi pada anak kita jika pola asuh yang tidak tepat. 

Anak-anak memiliki kecenderungan mudah dipengaruhi oleh siapa yang berinteraksi dengan mereka. Sadar atau tidak, kita sedang melukis jiwa anak, maka jangan biarkan orang lain melukis jiwa anak kita sesukanya. Memilih lingkungan yang baik dan tepat adalah tugas utama orangtua dalam “melukis” jiwa anak dengan baik. Segala perilaku kita akan menghasilkan coretan pada jiwa anak, baik coretan yang indah atau coretan buruk. Ini harus orangtua sadari, karena bila tidak, maka orangtua akan mudah menyalahkan anak atas perilakunya yang tidak baik. Padahal perilaku anak sedikit banyak adalah cermin dari perilaku orangtua.

Peran orangtua dalam pembentukan karakter anak, memang sangat penting. Salah satu mitra orangtua dalam peran tersebut adalah sekolah. Namun, ada hal yang tidak dapat dijangkau sekolah. Sebab, bagaimana pun juga interaksi pertama dan terbanyak pada anak adalah bersama orangtua. Karakter anak yang baik, terbentuk dari pola asuh yang diterapkan orangtua. Bila sudah tepat, maka sekolah tinggal melanjutkan dengan memberikan program-program pembentukan karakter. 

Mengapa penting untuk memberikan pola asuh yang tepat sejak dini? Sebab manusia memiliki bagian otak yang bertugas menyaring hal yang penting dan tidak penting, namanya Sistem Aktivasi Retikuler (SAR). Bagian otak ini memiliki fungsi untuk mempertahankan keseimbangan diri manusia. Mempertahankan tatanan yang sudah ada dengan menghindari informasi-informasi yang kiranya bisa mengubah tatanan yang sudah terbentuk.

Anak yang berusia di bawah enam tahun, bagian SARnya masih belum terlalu kuat. Namun setelah usia enam tahun, sudah berfungsi lebih kuat. Sehingga perubahan pada tatanan yang ada di dalam pikiran seorang anak, mulai sulit diubah pada saat itu, dan akan lebih sulit saat seseorang sudah memasuki usia dewasa.

SAR hanya memasukkan informasi yang cocok dengan apa yang sudah ada dalam pikiran sebelumnya, serta menyaring yang tidak cocok. Contohnya, jika kita meyakini bahwa banyak orang yang tidak menyukai kita, maka kita akan lebih peka terhadap penolakan daripada peluang-peluang untuk bersahabat dengan orang baru.

Baca Juga : Runtuhnya Tatanan

SAR mirip dengan leher yang dapat menggerakkan pandangan ke arah tertentu dan hanya memandang ke arah itu saja. Jika di masa lalu kita banyak terjadi peristiwa yang bernuansa kesedihan, kekecewaan, atau kemarahan, maka SAR hanya “menoleh” ke arah peristiwa dengan tema-tema tersebut. Begitu pula sebaliknya jika masa kecil kita penuh dengan kebahagiaan, optimisme, kasih sayang, dan norma-norma yang baik, maka SAR lebih mudah menoleh ke arah yang positif. Itulah mengapa kita harus paham bahwa yang harus berubah lebih dulu bukanlah anak kita, tapi justru diri kita.

Saya sering menangani anak-anak yang memiliki masalah perilaku dan emosi. Memang tidak mudah menangani mereka, perlu upaya yang ekstra untuk membangun kesadaran mereka. Dari kasus-kasus yang pernah saya temukan, anak-anak yang memiliki masalah perilaku dan emosi, lebih banyak berasal dari keluarga yang menerapkan pola asuh yang kurang tepat, termasuk orangtua yang kurang memahami tahapan perkembangan berpikir anak sesuai dengan usianya.

Banyak orangtua memandang anak dengan kaca mata berpikir orang dewasa, tanpa menyadari bahwa anak-anak atau remaja bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini. Mereka masih menjalani proses tumbuh dan berkembang, sehingga wajar jika mereka masih memiliki keterbatasan dalam memahami segala sesuatu tanpa mengabaikan tugas kita dalam membimbing dan mengarahkan mereka.

Keluarga adalah sistem, tidak hanya di rumah tapi juga di hati anak. Apa yang terjadi dalam keluarga akan mempengaruhi bagaimana dinamika batin anak. Ketika orangtua rukun dan harmonis maka hati anak akan menjadi lebih tenang, mudah untuk bahagia, dan mampu memunculkan perilaku-perilaku baik. Sebaliknya saat orangtua sering berselisih dan bertengkar, maka hati anak akan berantakan. Meskipun beberapa anak tidak memperlihatkan reaksi murung, tapi beberapa anak bereaksi dengan melakukan agresi ataupun perilaku menentang.

Menurut Petranto (Suarsini, 2013), pola asuh orangtua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak dari segi negatif maupun positif.

Sedangkan menurut Markum (M. Enoch Markum, 1999), pola asuh adalah cara orangtua mendidik dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah faktor budaya, agama, kebiasaan, kepercayaan, serta pengaruh kepribadian orangtua (orangtua sendiri atau orangtua yang mengasuhnya).

Pola asuh umumnya dibagi dalam empat jenis, yaitu:

1. Pola asuh otoritatif

Orangtua cenderung tidak memikirkan apa yang terjadi di kemudian hari, lebih fokus pada masa kini. Menilai dan menuntut anak untuk mematuhi standar mutlak yang ditentukan sepihak oleh orangtua. Efek dari pola asuh ini adalah anak menjadi tidak percaya diri, kurang spontan, ragu-ragu, dan pasif, serta memiliki masalah dalam konsentrasi belajar. Misalnya, anak hanya mengerjakan tugas karena menghindari hukuman. Di sekolah cenderung bersikap anti sosial, agresif, impulsif dan perilaku mal-adatif lainnya. Untuk anak perempuan biasanya cenderung menjadi dependen.

2. Pola asuh indulgent (penelantaran)

Orangtua yang memiliki pola asuh seperti ini cenderung menelantarkan anak secara psikis, kurang memperhatikan perkembangan psikis anak, anak dibiarkan berkembang sendiri, dan orangtua lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri karena kesibukan. Efek dari pola asuh ini anak berpotensi terlibat dalam kenakalan remaja, impulsive, dan agresif serta kurang mampu berkonsentrasi pada suatu aktivitas atau kegiatan. Anak memiliki daya tahan yang rendah terhadap frustasi.

3. Pola asuh permisif (pemanjaan)

Segala sesuatu berpusat pada kepentingan anak, orangtua/pengasuh tidak berani menegur karena khawatir anak menangis dan kecewa. Efek dari pola asuh ini anak memang tampak responsif saat belajar, tetapi menjadi kurang matang (manja), impulsive, mementingkan diri sendiri, kurang percaya diri (cengeng), dan mudah menyerah dalam menghadapi hambatan atau kesulitan dalam tugas-tugasnya. Tidak jarang perilakunya di sekolah menjadi agresif.

4. Pola asuh demokratis

Menerima anak sepenuh hati, memiliki wawasan kehidupan masa depan yang dipengaruhi oleh tindakan-tindakan masa kini, memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak, membimbing anak ke arah kemandirian, serta menghargai anak yang memiliki emosi dan pikirannya sendiri. Efek dari pola asuh ini di antaranya anak lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan introspeksi dan pengendalian diri, mudah bekerja sama dengan orang lain, dan kooperatif terhadap aturan. Anak juga lebih percaya diri akan kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas, merasa aman, menyukai, serta semangat dalam tugas-tugas belajar, memiliki keterampilan sosial yang baik dan terampil menyelesaikan permasalahan, serta tampak lebih kreatif dan memiliki motivasi berprestasi. 

Maka dari itu, agar karakter anak terbentuk dengan baik, sudah seharusnya sejak dini orangtua kompak dalam memberikan pola asuh yang tepat dan mendampingi tumbuh kembang anak. Orangtua tidak hanya berperan untuk melahirkan, membesarkan, dan menyayangi anak, tetapi juga memiliki tugas sebagai pelatih, contoh teladan, dan juga sahabat bagi anak agar karakter anak dapat terbentuk seperti yang kita harapkan.

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: