Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Saya Gaptek, Maapkeun!

Gagap teknologi

Hari Rabu Tanggal 17 Juni kemarin sebenarnya saya sangat berkutat. Karena itu adalah hari pertama kembalinya para santri Babul Khairat ke pondok setelah dipulangkan sejak dua bulan yang lalu, karena Corona yang tetiba datang menyerang.Tapi itu adalah hari yang dipilih Pak Anis, meluangkan waktu bagi Orang Ramai untuk berbincang kepenulisan. Ketika menyampaikan permohonan, saya memang sudah tegaskan bahwa waktu sesengganggnya Pak Anis. Kapan saja kami siap. Saya sudah meminta waktu beliau sejak awal Syawwal yang lalu.

Beliau mengirimkan jawaban, “Insya Allah, tapi kita harus geser-geser waktu dulu.” Mendapat jawaban tersebut, saya sudah senang. Tapi sampai 20 Syawwal belum juga ada kabar, akhirnya saya update lagi. Esok harinya ada respon melalui Ustadz Zainuddin, “Silakan memberikan beberapa pilihan waktu, nanti Pak Anis akan memilih.

“Segera saya balas. Ada lima waktu yang saya tulis:1. Hari Ahad 14 Juni 2020, Pukul 15.00-17.00. 2. Hari Selasa 16 Juni 2020, Pukul 19.30-21.30.3. Hari Kamis 18 Juni 2020, Pukul 19.30-21.304.

Hari Sabtu 20 Juni 2020, Pukul 19.30-21305. Hari Ahad 21 Juni 2020, Pukul 06.00-08.00Tapi dari lima pilihan yang saya haturkan, tak satu pun yang dipilih. Beliau meminta hari Rabu, 17 Juni.

Langsung saya OK. Walau saya sadar hari itu saya pasti sibuk di pondok. Terlebih kepulangan santri ke pesantren kali ini tidak seperti biasanya. Karena protokol kesehatan yang diwajibkan Pemerintah harus dipenuhi. Alhamdulillah, Babul Khairat sangat siap untuk itu.

Awal menerima kabar hari Rabu itu, belum dicantumkan jamnya. Saya coba tanya ke Ustadz Zainuddin. “Mungkin malam selepas isyak seperti biasanya,” jawab Ustadz Zein.Maka saya pun bersegera pesan flayer dengan cantuman Jam: 19.30-21.30. Sip, wes! Tapi begitu flayer sudah jadi, saya forward ke Pak Anis melalui Ustadz Zein, ternyata jam tersebut sudah dipakai DPW Partai Gelora Jawa Tengah.

“Beliau bisanya selepas Asar,” kata Ustadz Zein. “Baiklah, kami ubah,” respon saya segera. Akhirnya disepakati Pukul 15.30-17.30. Waktunya yang sangat singkat, karena ketendang Maghrib. Ocim Adnan, tukan flayernya ini biasanya memang susah bangun.

Sejak pagi saya telpon sampai sebanyak 60 kali, tetap tak bergeliat. Mau saya telpon istrinya, takut dia cemburu. Mau saya samperin, jauh amat Malang – Ngawi. Bisa-bisa saya sampai Ngawi, dari yang sebelumnya sudah bangun, dia sudah tidur lagi. Maka saya kontak Maryam Smeer, saya minta dia juga buat. Sebab saya takut kalau-kalau Ocim ini tidur terus kebablasan.

Baca Juga : Buta Huruf Fungsional

Walau saya sadar bahwa buatan Maryam tidak sebagus Ocim. Maka, jangan heran kalau flayer itu ada dua versi. Versi Ocim yang minimalis magis dan versi Maryam yang minimalis sederhana. Tiba hari H, Maryam sudah mewanti-wanti, “Nanti kita simulasi dulu, Pak Yai.

Ini acara besar lho, jangan main-main!” Maryam Cs memang entah kesambet jin dari mana, siapa juga yang ngajari, kok bisa maggil saya pak yai. pak yai dari gua hantu!”Asiaap!” jawab saya.Jam 14.00, Maryam dan kawan-kawan sudah ngubrak,i saya.

Sementara saya masih berkutat. Setengah jam kemudian baru saya pulang ke rumah. Saya bergegas ke ruangan atas, sebab wifinya ada di sana. Utak-utek, utak-utek dengan Maryam, Afiani Gobel dan Mas Heri Cahyo, eh ternyata sudah Jam 15.15.Saya bilang, “Wes gak usah diatur-atur wes, kayak biasanya aja. Apa adanya. Gimana jadinya nanti saja.” Mereka menyerah. Saya pun mandi dan shalat Asar. Mandi, mandi bebek.

Shalat sekedar cukup rukun dan syarat saja. Pukul 15.30 saya sudah di depan kamera. Tangtingtung, tang, ting, tung tak jua berhenti. Saya gak tahu kenapa? Ternyata katanya itu suara orang-orang yang masuk ruangan zoom terus berurutan tak berhenti. Saya tidak tahu bagaima bisa seperti itu.Asal teman-teman tahu ya, jujur ketika itu saya ndrodog banget.

Bahkan mengarah ke blank. Bahan saya seperti hilang semua. Satu karena sampai sekarang, saya belum berhasil berpatut di depan kamera. Dua, karena wajah Pak Anis itu benar-benar ada di depan mata saya dan sedang bicara dengan saya. Tiga, saya harus memoderasi beliau.

Empat, ini yang paling parah, saya persoalan zoom ini memang begitu gaptek. Maka, jangan heran kalau saya harus terus minta tolong pada Maryam CS sepanjang waktu.Belum lagi ketika saya lihat Pak Hadi Mulyadi, Wagub Kalimantan Timur hadir. Adab kami, kalau ada orang tua atau ada tokoh dan apalagi orang alim, wajib bagi kami mempersilakan beliau ngendikan. Itulah kenapa saya segera juga mempersilakan Pak Hadi untuk ngendikan, walau sepotong dua potong kata. Tentu sebelumnya saya sudah berkomunikasi dengan beliau di chat room.

Nah, semakin bingung saya ketika ternyata sampai tiga kali, suara Pak Wagub tak jua berhasil sampai kepada kita. Saya anggap itu bagian dari takdir yang harus diterima, sekedar menatap wajah teduh Pak Hadi, tanpa bisa mendengar wibawa suaran beliau. Mungkin lain kali insya Allah kita undang beliau secara khusus.Ada banyak hal yang tidak diketahui publik, yang disampaikan Pak Anis pada Webinar kemarin.

Terkait proses kreatif, dinamika di balik layar, buku-buku bacaan dan para penulis inspirasi Pak Anis. Sudah banyak teman-teman yang membuat resume. Tapi nanti akan saya coba buat juga versi saya. Termasuk juga nanti saya akan cerita tentang puisi yang saya baca. Sebab puisi ini yang paling membuat banyak orang nge-japri, melemparkan lempung berair ke wajah saya. Duh!

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: