Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Buta Huruf Fungsional

Buta Huruf Fungsional by orangramai

Oleh : Nuryum Saidah

Kita semua bisa membaca. Artinya kita semua melek huruf. Namun, apakah sebagian besar dari masyarakat  kita mampu untuk memahami pesan yang disampaikan melalui sebuah tulisan atau bacaan?

Jawabnya tidak semua dari kita bisa. Hal ini dibuktikan salah satunya dengan banyaknya beredar berita hoaks di sekitar kita. Bahkan mungkin kita sendiri menjadi pelakunya tanpa kita sadari.

Hal ini dipertegas juga dengan pernyataan World Bank Indonesia, dalam laporan berjudul Indonesia Economic Quarterly June 2018: Learning More, Growing Faster. World Bank menyebut, “Menurut tes internasional, lebih dari 55 persen orang Indonesia yang menyelesaikan pendidikan, buta huruf fungsional”. 55 persen tentu angka yang sangat tinggi.

Functionally illiterate alias buta huruf fungsional adalah mereka yang bisa membaca tapi tidak menangkap pesan dari apa yang sudah mereka baca. Mereka juga tidak bisa memahami konteks wacana dengan tepat. Dan yang lebih parah lagi, adalah ketika mereka tidak mampu menjawab pertanyaan berdasarkan informasi dalam teks.

Memang kita perlu membandingkan kondisi literasi negara kita dengan negara lain, misalnya dengan negara tetangga kita, Vietnam yang memiliki perosentase functionally illiterate lebih kecil dari kita. Namun, yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita bersama meningkatkan literasi bangsa kita.

Sekitar sepuluh tahun lalu, metode speed reading (membaca cepat) menjadi tren yang cukup mewabah. Para guru diikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan yang mengaplikasikan metode ini. Yang selanjutnya para guru tersebut diharapkan akan mengajarkannya kepada semua muridnya. Namun, seiring waktu ternyata yang kita butuhkan tidak hanya dapat membaca ratusan atau ribuan kata dalam waktu beberapa menit saja.

Baca Juga : Menulis Itu Adalah Pembiasaan

Kita membutuhkan pula bagaimana memahami bacaan. Nah, beberapa tahun terakhir ini, kami sebagai guru bersemangat sekali menerapkan strategi pemahaman bacaan. Dalam buku Strategi That Work, karya Stephanie Harvey dan Anne Goudvis menjelaskan ada 5 strategi untuk pemahaman bacaan.

Yang pertama adalah membuat hubungan: teks dengan diri, teks dengan teks lain, dan teks dengan dunia luar. Membuat hubungan berarti membuat jembatan dari “yang baru” menjadi “yang diketahui”.

Kemudian yang kedua adalah mengajukan pertanyaan, di mana pembaca mengajukan pertanyaan sebelum membaca, saat sedang membaca, dan sesudah membaca. Strategi ini akan mendorong anak-anak (pembaca) untuk mengajukan pertanyaan. Ya, pertanyaan adalah inti dari mengajar dan belajar. Dengan mengajukan pertanyaan mereka akan mendapatkan pemahaman.

Yang ketiga adalah visualisasi, yaitu membuat gambar dari teks yang dibaca. Dengan menggambar akan membantu pembaca membuat kata-kata dalam sebuah halaman menjadi nyata dan kongkret.

Yang keempat adalah mencari yang tersirat (inferensi), yakni menyimpulkan dari fakta-fakta yang ada dalam sebuah teks menjadi pernyataan baru. Semakin banyak informasi maka semakin tepat suatu kesimpulan yang akan diperoleh

Terakhir, yang kelima, adalah mencari poin penting , yakni mencari poin penting dalam teks, membuat teks baru dan diwujudkan dalam peta konsep/skema hal-hal penting dalam teks tersebut.

Lima pemahaman bacaan ini bisa kita latihkan untuk diri kita sendiri, untuk anak kita, anak didik kita, dan sekitar kita. Tentunya ini adalah sebuah usaha yang tidak instan. Tugas besar menanti kita semua. Tidak hanya menumbuhkan minat membaca, tapi juga mampu memahami apa yang kita baca.

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: