Pahlawan Itu… - Orang Ramai

Oleh: Afiani Gobel

Jika bicara pahlawan saat kita masih SD atau setidaknya sampai SMA. Maka pahlawan nasional adalah nama-nama paling familiar dalam hidup kita. Imam Bonjol, Diponegoro, Hasanudin, Cut Nyak Dien dan nama lain yang sampai saat ini pun membekas dalam ingatan kita.

Seiring berkembangnya pemikiran dan pergaulan, setiap kita akan lebih luas dalam membaca setiap peristiwa dan memberi tajuk pahlawan pada jiwa yang bisa jadi padanya kita menemukan setitik nilai kepahlawanan yang sebelumnya tak terpikirkan.

Berseluncur di sosial media menjadi satu jendela kecil yang membuka mata dan pikiran saya tentang seorang pahlawan. Saya mengenal manusia-manusia yang berkesempatan jadi pahlawan. Ada yang menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Adapula yang menyia-nyiakannya. Bahkan mungkin secara tidak sadar.

Baca Juga : Bung Tomo

Ayah. Menurut saya ini pahlawan sejak dulu. Sampai akhirnya mengenal banyak model Ayah di sosial media. Sebagian kecil diantaranya cukup dekat. Membicarakan anaknya, memuji istrinya dan atau kebalikannya.

Semakin mengenal berbagai model Ayah saya akhirnya kembalikan semua kepada satu tanggung jawab mereka, “Menyelamatkan keluarga dari siksa api neraka.”

Tugas besar yang gak tanggung-tanggung. Semakin banyak anggota keluarganya semakin banyak energi yang dibutuhkan Ayah untuk menjadi pahlawan yang tetap selamat hingga sampai di tanah akhirat.

Berat. Dan karena setiap Ayah punya gelombang-nya sendiri dalam membawa kapal keluarga supaya tidak karam diterjang ombak dunia. Maka mencaci Ayah yang terlihat salah atau kemudian langsung mengagumi Ayah yang nampak benar bukan tempat setiap orang.

Cukup dido’akan. Setiap Ayah akan berhasil melabuhkan keluarga dalam perjalanan penyelamatannya.

Pahlawan itu Ayah. Sebagaimana Ibu juga pahlawan dengan segala jasa-jasanya.

Pahlawan juga kamu. Yang terus berbenah hingga kelak bisa jadi Ibu atau Ayah.

Bismillaah…