Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Menunggu Tulisan Dahlan Iskan

Dahlan Iskan hadir saat peluncuran Akademi Manusia Indonesia Partai Gelora di Hotel Majapahit, 10 November 2020 yang baru lalu. Bukan sekedar hadir, tapi mantan bos Jawa Pos itu juga didaulat untuk memberikan sambutan.

Tak heran kalau Pak Dahlan bersedia hadir dan ikut memeriahkan acara nasional yang digagas Mas Gunawan Abu Nazhifah tersebut. Sebab dulu ketika Pak Dahlan tersangkut kasus hukum, Fahri Hamzah adalah satu di antara tokoh yang menjaminkan dirinya unuk Pak Dahlan.

Tapi lepas dari itu, tentu sebagai jurnalis dan pemikir, Dahlan Iskan juga mengikuti proses berdirinya Partai Gelora. Termasuk juga cerita dan seluruh dinamika yang melatarinya.

Pak Dahlan juga sangat tahu para tokoh sentral di partai ini. Anis Matta, Fahri Hamzah, Mahfuzh Sidiq dan lain-lain. Kiprah mereka di masa lalu, visi politik dan termasuk juga bagaimana mereka sebelumnya menjadi obyek utama pada konflik besar yang melanda PKS.

Baca Juga : Gelora Cinta

Begitu juga dengan para pengurus Gelora di Jawa Timur, tentu Dahlan Iskan telah mengenal Pak Sirot dan lain-lain. Termasuk juga Pak Hamy, orang Jawa Timur yang kini menjadi salah seorang pimpinan Nasional Partai Gelora.

Dalam sambutannya malam itu, Dahlan Iskan sama sekali tidak menyinggung Partai Gelora. Tidak memuji dan tidak mencela. Tidak memberikan semangat atau pun dorongan untuk menjadi besar. Termasuk juga tidak menyampaikan prediksinya terhadap masa depan Gelora, apakah cerah atau suram.

Kecuali di akhir ceramahnya, Pak Dahlan memberikan pujian kepada Anis Matta secara pribadi. Pak Dahlan mengaku bahwa beliau mengagumi Pak Anis.

“Pak Anis yang saya kagumi, saya baca tulisan-tulisannya. Saya kira pantaslah menjadi ketua umum,” kata Dahlan Iskan menutup pidatonya.

Saya kira wajar Pak Dahlan mengagumi sosok Anis Matta. Orang Bone ini memang dikagumi banyak orang, baik lawan maupun kawan. Terlebih Dahlan Iskan, kekagumannya kepada Anis Matta karena ia rajin membaca. Termasuk tentu rajin membaca tulisan-tulisan Anis Matta.

Tapi yang menggelitik bagi saya pribadi adalah, Dahlan Iskan sekedar menyebut Anis Matta pantas menjadi ketua umum partai. Bukan pemimpin Indonesia. Entah, karena ia yakin kapasitas Pak Anis hanya sampai di situ, ataukah masih meraba kiprah lanjutan manusia penuh ide tersebut.

Malam itu Dahlan Iskan bicara tentang kesejahteraan orang Indonesia yang akan datang. Tanpa menyebut posisi apa yang bisa diperankan Partai Gelora dalam mewujudkan Indonesia yang makmur dan sejahtera.

Menurut Dahlan Iskan, siapapun yang memerintah Indonesia mendatang, bangsa ini tetap akan sejahtera. Sebab kesejahteraan mereka bukan lagi berangkat dari upaya dan keinginan Pemerintah, tapi memang atas keinginan dan upaya mereka sendiri.

Ada 100 Juta rakyat Indonesia yang serius ingin sejahtera. Terlepas mereka nanti mendapat dukungan Pemerintah atau tidak.

Dari 100 juta orang tersebut nanti akan menulari setidaknya 50 Juta orang. Kalau ini yang terjadi, mereka akan terus menulari orang-orang yang berada di sekitarnya. Sehingga akhirnya kesejahteraan pun bisa meratai seluruh rakyat.

Dari paparan Dahlan Iskan, saya menyimpulkan bahwa kalau itu yang terjadi, andai presiden kita masih Jokowi, atau orang yang berkapasitas di bawah Jokowi sekalipun, kita tetap akan sejahtera.

Hanya saja menurut Pak Dahlan, keinginan mayoritas rakyat untuk sejahtera, tetap membutuhkan pemimpin yang bisa menginventarisir masalah.

Nah, pada kaitannya dngan pencatatan inventarisir masalah inilah Dahlan islan secara tidak langsung memberikan nasehat kepada pimpinan dan pengurus Partai Gelora untuk rajin menulis. Bukan sekedar puja dan puji kepada partai sendiri. Tapi yang lebih penting adalah menulis masalah!

Sebab dari kecakapan menulis persoalan, berikutnya kita bisa membuat skala prioritas persoalan mana yang harus diselesaikan lebih dahulu. Ketika skala prioritas sudah ditemukan, baru kemudian para pimpinan tampil untuk memberikan penyelesaian secara menyeluruh.

Maka, kalau saya boleh ngomong, satu di antara masalah Partai Gelora saat ini, adalah isi kepala kadernya yang masih berisi bawaan dari partai lama. Ini khusus untuk kader yang dulunya adalah kader PKS.

Anti kritik itu adalah ciri khas PKS. Rupanya sikap anti kritik ini masih dibawa ketika mereka sudah keluar dari PKS dan kini sudah membentuk partai baru.

Sebab kalau sampai orang-orang yang mengkritik dianggap benci atau tidak suka, apalagi kalau kebencian tersebut diidentifikasi kepada personal orang, sungguh Partai Gelora hanya akan menciptakan Partai Keadilan Sejahtera Jilid 2!

Berikutnya keseriusan untuk terbuka dan berkolaborasi. Terbuka di internal partai, untuk melibatkan seluruh penggiat. Baik yang tadinya berasal dari PKS ataupun orang-orang baru yang berhasil dihimpun.

Jangan bersikap elitis di antara sesama kawan. Jangan meminggirkan orang hanya karena perbedaan pendapat dan sudut pandang. Sebab itu artinya kalian sedang menggali kubur, sebelum kematian benar-benar datang.

Seusai acara Launching AMI Nasional, ada banyak kawan yang menunggu Dahlan Iskan menulis acara tersebut. Ataupun menulis Partai Gelora sebagaimana acara AMI yang disaksikannya malam itu.

Saya pun sebenarnya termasuk yang menunggu. Namun tiga hari berlalu di Disway ID tak jua muncul tulisan yang dimaksud. Begitu jua pada seluruh laman yang menjadi representasi Dahlan Iskan.

Pun, seorang kawan bertanya pada saya, “Mas Abrar kok belum nulis acara AMI?”

Saya jawab, “Nanti aja kalau Coach Gunawan sudah bisa pulang ke Amerika.” 🙂 (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: