Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Melangitkan Cinta

Perjalanan pulang dari Lumajang, lewat Pronojiwo, saya berhenti di satu mushalla kecil. Kebetulan waktu sore selepas Asar, saat anak-anak TPQ belajar.

Riuh mereka sebagaimana tingkah anak-anak. Seorang pemuda ganteng, yang merupakan ustadz mereka berhasil menenangkan. Sesaat kemudian bergema lantunan, “Rahatil athyaru tasydu fi layalil maulidi….”

Qasidah Kisah Sang Rasul terus mereka lantunkan, “Abdullah nama ayahnya, Aminah ibundanya…”

Sampai pada kalimat, “Inilah kisah sang Rasul yang penuh suka duka, oh penuh suka dukaa…” tak terasa bilur hangat mengalir di pipi.

Baca Juga : Sudahi Penyekatan Suramadu

Anak-anak itu hafal di luar kepala. Wajah mereka ceria. Ada yang sambil menggoyangkan tubuhnya, ada yang menepukkan kedua tangan mereka di paha.

Saya terisak. Sirah mulia Baginda Nabi bisa tersampaikan dengan sahaja, tapi penuh keindahan.

Ingatan saya tak hanya pada cerita hidup Nabi Kita Sayyidina Muhammad-shallallahu’alaihi wasallama. Tapi seketika berkelebat bayangan penggunah qasidah tersebut, Habib Rizieq Shihab.

Saya tak banyak berjumpa dengan beliau. Hanya beberapakali saja. Tapi sungguh segenap kebaikan, ketulusan, kesederhanaan dan ketawadhuan, saya saksikan pada tutur, gerak tubuh, tatapan mata dan untaian senyum beliau.

Tak sanggup saya menjelaskannya, terlebih semua kelembutan tersebut memang tak banyak diketahui khalayak. Sebab orang kebanyakan sekedar tahu kegarangan, keberanian dan ketegasan beliau.

Di atas podium suara beliau menggelegar, menyampaikan ketegasan ajaran agama.

Di hadapan penguasa, beliau garang melawan segenap penindasan dan penyelewengan.

Pada banyak kesempatan, beliau tampil tegar melawan kekuatan munkar dan lacut.

Bukan hendak menyamakan, sebab memang tak sama. Tapi pribadi semacam itu serupa gambaran Sayyidina Umar bin khaththab -radhiyallahu ‘anhu, yang begitu perkasa di hadapan kemungkaran, tapi begitu sahaja dan lembut pada kehidupan keseharian.

Satu sabda Baginda Nabi yang sering diulang Habib Rizieq Shihab, “La tatamannau liqa`al ‘aduw, fa idza laqitumuhum, ishburuuu, fainnal jannata tahta zhilalis suyuf!”

Pada satu lomba pembacaan shalawat dan qasidah di sekolah anak saya, satu di antara lagu wajibnya adalag qasidah: Kisah Sang Rasul.

Qasidah ini banyak dihafal oleh orang ramai. Maka lantunannya bergema dari majelis-majelis Maulid besar, madrasah-madrasah, hingga Taman Pendidikan Al Qur’an.

Tua, muda dan kanak-kanak sanggup melantukannya dengan baik, walau tak pandai menyanyi sekalipun.

Qasidah Sang Rasul digubah oleh Habib Rizieq Shihab. Satu di antara ciri kebeningan minda itu adalah ia sanggup merangkai bait-bait sederhana, tapi penuh keindahan. Apalagi kalau itu adalah pemantik cinta kepada manusia agung, Baginda Rasulullah -shallallahu’alaihi wasallama.

Selain Kisah Sang Rasul, Habib Rizieq Shihab memang piawai merangkai qasidah. Satu di antaranya adalah ‘Mabruk Alfa Mabruk’, yang juga populer disenandungkan pada perayaan ulang tahun santri dan asatidz di banyak pesantren belakangan ini. Pun pada majelis maulid, qasidah ini juga disenandungkan.

Semoga Allah -Subhanahu Wata’ala sentiasa menjaga Habib Rizieq Shihab dari segenap makar jahat. Merahmati beliau dengan cinta dan memanjangkan umurnya, untuk terus mengajari ummat bagaimana cara menggenggam izzah. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: