Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Spirit Perang Badar Dalam Menghadapi Corona

spirit perang badar by orangramai

Lomba Menulis Corona : 13

Oleh: Pirman Bahagia

Saat Perang Badar akan berkecamuk, Allah memberitahukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melalui mimpi bahwa jumlah kafir Quraisy itu sedikit. Nabi kemudian memberitahukan kepada para sahabatnya. Sehingga para sahabat bersemangat untuk berjuang di jalan Allah.

Para mufasir memaknai ini dengan menyatakan bahwa Allah hendak memberikan semangat kepada kaum Muslimin. Andai diberitahu jumlah pasukan kafir Quraisy yang sebenarnya, pastilah sebagian kaum Muslimin akan gentar dan berselisih; mau lanjut jihad atau mundur alon-alon?

Mimpi Nabi ini, terkonfirmasi dengan satu riwayat dari sahabat mulia Abdullah bin Mas’ud. Saat pertama kali berhadapan dengan musuh, Abdullah bin Mas’ud berkata kepada salah seorang pasukan kaum Muslimin, “Tidakkah engkau melihat bahwa jumlah mereka tujuh puluh orang?”

Sahabatnya itu menimpali, “Aku melihatnya 100 orang.”

Dua pendapat ini, terbantahkan setelah perjuangan usai. Kaum kafir yang tertawan ditanya soal jumlah, lalu menjawab, “Kami berjumlah 1000 orang.”

Apa korelasi kisah Jihad Badar ini untuk kita saat ini?

Baca Juga : 

Mari waspada dengan tetap optimis di tengah wabah. Jumlah kasus Corona di negeri kita sudah melewati angka 700, tepatnya 790 orang positif. Jumlah meninggal sebanyak 58 orang. Tingkat kematian masih sekitar 8-9%.

Dalam dua hari terakhir, jumlah positif bertambah 100 orang per hari. Jumlah meninggal bertambah, orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) meningkat, sedangkan jumlah yang sembuh hanya bertambah satu.

Semua kondisi ini, tentu membuat kita khawatir. Ditambah lagi fakta bergugurannya para petugas medis yang berada di garis depan perjuangan melawan Corona.

Seorang kawan perawat di salah satu rumah sakit besar, bahkan terbesar di Indonesia, menyampaikan pengalamannya dengan muka tertunduk. Lesu karena lelah. Sebenarnya, dia tak ada sedikit pun kaitannya untuk mengurusi pasien terinfeksi virus Corona yang pertama ditemukan di Wuhan, China ini.

Namun, dia harus terjun. Dia benar-benar harus berjibaku dengan seluruh perawat dan dokter lain demi menangani pasien positif Corona dan PDP dengan penyakit bawaan.

Berkali-kali dia mengirimkan foto, dengan pesan yang sama, “Doakan kami. Tapi tolong foto ini jangan dipublish.”

Pedih sekali. Teriris hati melihatnya kelelahan. Apalagi ketika dia berkisah sembari menunjukkan foto tenda di depan rumah sakitnya, “Di China, mereka membangun rumah sakit dalam sepekan. Sedangkan kita hanya mendirikan tenda.”

Ini baru satu orang. Kisah lainnya tak kalah pilu. Seorang dokter di Jabodetabek berkirim pesan, “Pak, ada channel yang sediakan kantong jenazah? Kami kehabisan. Banyak PDP dengan penyakit bawaan yang meninggal.”

Kondisi-kondisi seperti ini, bukan kisah di layar kaca. Ini fakta di lapangan. Jika tak ditemukan di media-media arus utama, bisa jadi karena bacaan Anda terbatas dan hanya membaca kiriman para buzzer yang otaknya tidak kelihatan.

Semua pedih dan pilu akibat Corona ini nyata. Dan ini baru sekelumit. Kita belum membahas arus bawah yang mulai bereaksi lantaran uang tabungan kian menipis dan kepedihan-kepedihan lainnya. Tak perlu jauh-jauh, berselancarlah sejenak, maka akan mudah ditemukan betapa banyak yang terimbas virus Corona ini.

Tapi, sepelik dan serumit apa pun faktanya, kita adalah makhluk yang diawasi dan dijaga oleh Sang Khalik. Berbeda dengan mereka yang komunis dan liberal yang tak bertuhan, kita masih punya Allah.

Kita masih bisa menunduk dalam sujud, lalu bisikkan doa-doa panjang. Yakinlah bahwa saat kita berbisik sembari mencium tanah, langit senantiasa terbuka untuk mengantarkan doa-doa kita.

Corona seperti apa pun, tak akan pernah bisa melawan Allah. Corona secepat apa pun penularannya, dia tak bisa berdoa kepada Allah.

Sedangkan kita, Allah bekali dengan fisik, lisan, pikiran, dan hati untuk terus mengetuk pintu langit. Mari langitkan doa, tebalkan optimis, dan pupuk semangat jihad dengan terus bermohon, “Ya Allah, lindungi kami dari Corona. Enyahkan Corona dengan Kuasa-Mu. Engkaulah sebaik-baik Pelindung dan Pembela. Engkau Maha Kuasa atas segala sesutu.”

Memang raga tak boleh berjabat sementara, tapi tetaplah saling mengeja nama dalam doa. Tersenyumlah, karena ujian dan musibah kerap digunakan oleh Allah untuk melimpahkan kebaikan kepada kita.

Sebagaimana sahabat Nabi yang bersemangat menjalani Jihad Badar karena diberitahu bahwa jumlah pasukan kafir sedikit, mari kita bersemangat menjalani hidup, melanjutkan ikhtiar, dan meninggikan harap kepada Allah. Dalam Kuasa Allah, Corona kecil dan tak punya daya apa-apa.

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: