Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Agar Tetap Disebut Manusia

Oleh : Roni Haldi

Dalam hidup yang penuh pancaroba kadang baik buruk datang berganti tak sejalan sulit disatukan. Baik di satu sisi, buruk di sisi yang lain. Makanya sebahagia ulama menyebut dengan istilah as-shira’ baina al-haq wa al-bathil; pertentangan antara kebaikan dan keburukan.

Menjadi orang baik dan masuk bergabung dalam kumpulan orang yang baik adalah pilihan, begitu juga sebaliknya dengan keburukan. Atas kesadaran yang lahir dari kepahaman seseorang telah memilih menetapkan jalan hidup yang akan ditempuhnya. Jangan jauh, tengok saja ke belakang kisah ayah manusia seluruhnya; Nabi Adam dan Hawa istrinya.

Baca Juga : Insan Kamil

Telah dijelaskan kebaikan kepada mereka begitu juga halnya dengan keburukan. Tak lupa pula Allah sampaikan akibat yang akan berlaku atas mereka tanggung jika pelanggaran telah terjadi nyata.

Dengan tak menampik peran iblis yang besar mempengaruhi nafsu kedua orang tua manusia. Namun pilihan mereka berdua lah yang mengakibatkan uqubat (hukuman) dijatuhkan. Tak hanya bagi mereka berdua, iblis pun tak luput dari ganjaran kebusukan keburukannya.

(وَقَـٰرُونَ وَفِرۡعَوۡنَ وَهَـٰمَـٰنَۖ وَلَقَدۡ جَاۤءَهُم مُّوسَىٰ بِٱلۡبَیِّنَـٰتِ فَٱسۡتَكۡبَرُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَمَا كَانُوا۟ سَـٰبِقِینَ)

dan (juga) Qarun, Fir’aun dan Haman. Sungguh, telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. Tetapi mereka berlaku sombong di bumi, dan mereka orang-orang yang tidak luput (dari azab Allah). [QS. Al-Ankabut : 39].

Pilihan telah ditentukan dengan sadar oleh Fir’aun, Jaman, dan Qarun. Memilih berkonfrontasi dengan Nabi Musa, dan dipastikan mereka bertiga telah berkonflik dengan Allah SWT. Pilihan jalan keburukan penuh pembangkangan terhadap perintah Allah telah mereka pilih dengan sadar.

Setelah datang kepada mereka dua bersaudara yang ditugaskan sebagai utusan resmi dari langit. Tak cukup dengan ajakan, mukjizat pun telah Allah perlihatkan. Namun kembali pilihan tetap dalam jalan keburukan ternyata telah mantap diproklamirkan. Penenggelaman di perut bumi dan di tengah lautan mereka jalani sebagai balasan pembuktian salahnya pilihan keburukan mereka.

Sungguh, menjadi orang baik atau sebalik adalah peran pilihan kita sendiri. Pada suatu hari Syeikh Ali Saleh Al-Azhari menasehati seorang pria dengan mengatakan : “Ketahuilah anakku, bahwa perbedaan antara manusia dan hewan adalah berbuat baik, jika Anda ingin disebut manusia, maka jadilah orang yang baik.”

Terkadang menyamakan sesuatu dengan sesuatu acapkali terlontar di mulut dalam keseharian kita. Sebagai contoh katakanlah seperti kalimat; “kalian setan, kalian binatang semuanya”. Kalimat bertulisan dan berkonotasi buruk itu sering terdengar terlontar keluar tatkala emosi memuncak menguasai diri seseorang. Sangking marahnya karena ulah polah buruk seseorang terhadap dirinya atau keluarganya, susunan kalimat itu pun muncul deras seketika tanpa terfikir apalagi direncana sebelumnya. Yang jelas ucapan itu adalah keburukan yang tak semestinya terujar keluar.

Namun nasehat salah seorang Masyayikh Al-Azhar itu bukan lah bermaksud dan berkonotasi buruk menyamakan manusia dengan hewan. Nasehat berharga kepada muridnya agar memilih kebaikan yang membawa kemuliaan jauh dari karakter kehewanan. Jika kebaikan ada dalam karakter seseorang disitulah letak sisi kemanusiaannya manusia.

Pilihlah pilihan untuk berbuat baik agar kita tak disebut bukan manusia. Agar disebut diakui orang baik dan bersama kelompok orang yang baik perlu usaha mengambil sikap memilih pada pilihan kebaikan. Baik dan buruk telah jelas terang benderan, tinggal lagi keberanian diri kita menjatuhkan pilihan. Tanyakan kepada hati, baru kemudian tentukan pilihan, yaitu pilihan kebaikan agar tetap disebut manusia.

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: