Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Kesepakatan Kolektif yang Meresahkan

Orang Indonesia terkenal akan keramahannya. Saking ramahnya, basa-basi menjadi makanan sehari-hari. Ini mungkin bisa masuk ke kearifan lokal yang perlu dipelihara. Bahkan skill basa-basi ini juga tidak semua orang punya lho!

Sayangnya, terkadang basa-basi ini melewati batasnya. Partner ngobrol pun akhirnya menjadi tersakiti hatinya. Banyak bahan pertanyaan yang baik disadari maupun tidak, akhirnya menyakiti hati orang yang ditanya.

Kuliah Dimana?

Kerja Dimana?

Sudah nikah?

Anaknya berapa?

Dan lain-lain

Padahal, tidak semua orang memutuskan untuk melanjutkan jenjang sekolah ke perguruan tinggi. Bahkan, saat ini tidak semua anak berangkat ke sekolah melainkan mereka memutuskan untuk homeschooling.

Padahal, tidak semua orang memutuskan untuk bekerja menjadi karyawan. Banyak sekali yang menjadi entrepreneur atau wiraswasta.

Padahal, jodoh tidak datang di waktu yang seragam. Semua sudah Tuhan atur di waktu yang terbaik.

Baca Juga : 5 Jenis Manusia Versi Cak Nun

Padahal, mempunyai anak bukanlah sebuah prestise atau prestasi. Anak adalah Amanah yang Tuhan berikan. Pun bukan berarti orang yang tidak diberi anak adalah orang yang tidak sanggup atau tidak mumpuni. Bukan! Tuhan tau kondisi hambaNya apakah sebaiknya diberi anak atau tidak.

Dan lain-lainnya

Oleh karenanya, Penulis tidak menggunakan basa-basi dengan pertanyaan sensitif seperti itu. Penulis menggantinya dengan pertanyaan: aktifitasnya apa sekarang?

Kembali kita bahas pertanyaan-pertanyaan sensitif tadi. Pada dasarnya, target kesuksesan orang itu berbeda-beda. Dan itu adalah hak asasi setiap manusia. Tidak bisa diseragamkan!

Akan tetapi, sayangnya, pertanyaan-pertanyaan yang sensitif tadi sering dilontarkan dan akhirnya seakan menyebarkan pesan di Masyarakat bahwa seperti itulah gambaran kesuksesan. Kuliah, menikah, punya anak, anaknya rangking satu, anaknya kerja PNS, dan seterusnya. Mungkin kalau punya cicit, akan terus ditanya hingga kondisi si cicit. Tidak ada habisnya.

Akhirnya, gambaran kesuksesan tersebut seakan menjadi kesepakatan kolektif.

Kalau tidak kuliah dan langsung kerja, itu seakan mendapatkan stempel GAGAL.

Kalau tidak sekolah di sekolah formal, itu seakan mendapatkan stempel ANEH.

Kalau tidak jadi PNS seakan mendapatkan stempel TIDAK SUKSES.

Kalau masih belum menikah maka akan mendapatkan stempel TIDAK LAKU.

Padahal, itu semua mengaburkan fitrah suci manusia yang akhirnya memberatkan orang untuk menunaikan hak asasi manusianya dalam mengelola kehidupannya sendiri. Individu akhirnya tidak Merdeka!

Baca Juga : Dibanting Ekspektasi

Jadi, tentukan sendiri arti suksesmu dengan penuh percaya diri.

Jawab pertanyaan tanpa baper jika itu tidak sama dengan kebanyakan orang.

Dengan pemikiran ini maka kita tidak akan merasa lebih hebat dari orang lain karena kesuksesan materi sebenarnya tidaklah memiliki standar!  

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: