Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Perjalanan Menuju Sumatera #3

“ya Lail, thul. ya naum zul, ya shubhu, qif la tathla’ = wahai malam, panjanglah. Wahai tidur, teruslah. Hai Fajar, berhentilah dulu, jangan buru-buru terbit!”

Penggalan syi’ir di atas diucapkan oleh sepasang pengantin yang sedang menikmati malam pertama pernikahannya.

Pengantin baru seakan mengingkari bahwa malam itu tak bisa memanjang. Fajar tak bisa dihentikan. Sebab waktu sudah berkesesuaian, seperti yang diinginkan oleh Dzat yang menjalankan siklusnya.

Tapi namanya pengantin baru, semua kita harus memaklumi. Maka ada pendapat yang membolehkan pengantin untuk menjamak shalatnya, walau ia tidak sedang bepergian.

Seperti kata Gus Muhammad Abdillah Amar , “Manten anyar iku oleh shalat jamak, mergo sibuk jimak!” hehe, pancen gus siji iki onok-onok ae. Tapi bener seh… 🙂

Baca Juga : Sumatera 2: Menyiapkan Mobil

Sebenarnya kami keluar rumah sekitar Jam 2-an siang. Tapi rupanya masih ada beberapa hal yang harus kami beli. Maka, menjelang Maghrib, kami baru bisa keluar kota Lawang.

Tepat di rest area Purwosari, sebelum Pandaan, adzan Maghrib berkumandang. Kami pun berhenti. Itu juga menjadi hari pertama kami buka puasa di jalan, walau masih berada di sekitaran Lawang.

Setelah berbuka, dan shalat Magrib yang sekalian sudah dijamak taqdim dengan Isyak, kami lanjut jalan.

Jalan tol sepanjang Malang Pandaan, lanjut Surabaya Mojokerto terus sampai Jombang, lancar. Kendaraan yang melintas tak ramai, malah cenderung lengang. Mungkin karena manusia masih pada shalat taraweh.

Mobil Evi Silverqueen saya terus melaju. Anak-anak tenang, ibu mereka yang berada di samping saya pun anteng. Saya lihat bibirnya kumat kamit, entah apa yang dilafazhkannya.

Video Sumatera 3

Malam belum larut, mungkin waktu belum sampai menunjuk angka sembilan. Tapi mata saya sudah kriyep-kriyep. Sebagian kawan yang mengenal saya dengan rapat, pada tahu bahwa saya ini aslinya ngantuk-an.

Tapi saya berusaha melawan kantuk. Target saya setidaknya bisa masuk wilayah Jawa Tengah, baru mau berehat.

Kertosono terlampaui. Terus jalan, hingga Ngawi pun lewat. Saya mengucap salam pada kota Solo, ketika di papan nama jalan Tol terpampang: Solo Kertasura.

Nah, sudah masuk Jawa Tengah. Saatnya berehat. Maka begitu jumpa rest area, saya segera mengarahkan kemudi keluar jalan tol.

Di rest area yang namanya sudah tak saya ingat, saya mencari tempat parkir dekat masjid. Muter-muter, tak jua saya jumpai yang persis di depan masjid.

Justru yang saya dapat di belakang masjid. Tapi rupanya untuk mencapai masjid dibelah oleh satu food court, yang menjual beragam makanan.

Mobil saya parkir dengan manis.

Saya mendongak ke langit, cerah. Bintang bertaburan melukis gelap malam. Maka karenanya saya putuskan tidak membuka tenda.

Kami hanya membentang tikar di atas paving.

Karpet terbentang, saya seketika terkapar. Saya tak hirau anak-anak lagi. “Biar diurus ibunya,” batin saya berujar. Rupanya kantuk sudah tidak bisa dinego lagi.

Jam tiga lebih, saya dibangunkan ibunya anak-anak. “Saur, saur!” gugahnya.

Saya bangun, anak-anak sudah berada di kedai makan. Wah, ini anak-anak kok sudah pada mendahului bapaknya makan. Di resto lagi, bukannya masak.

“Wes masaknya besok aja. Saiki mangan nang warung disek,” katanya.

“Owh, iya wes.”

Saya menuju bilik air di masjid, kemudian ambil wudhu. Shalat.

Selepas dari masjid, ibunya anak-anak nawari makan. Saya bilang, “Nggak wes, ngombe banyu wae. Males mangan.”

10 menit lagi menuju Fajar. Maka, sekalian saja kami menunggu Subuh. Selepas shalat Subuh, baru kami melanjutkan perjalanan.

Jadi malam pertama perjalanan kami, berlalu masih di ruas tol panjang yang menghubungkan seluruh Provinsi di pulau Jawa.

Saya tak pernah tahu, siapa yang tidur bersama saya di tikar di atas paving. Siapa pula yang tidur di dalam mobil. Sebab tenda tak sempat kami buka, badan rasa sudah tak lara.

Malam pertama yang berlaku rasa begitu cepat. Bukan karena saya menikmatinya sebagaimana kenikmatan pengantin baru. Tapi karena lelah yang telah melenakan saya dalam tidur yang sangat lelap. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: