Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Perjalanan Ke Sumatera #2

Pondok Pesantren Babul Khairat itu libur panjangnya dimulai dari 25 Sya’ban hingga 15 Syawwal setiap tahunnya. Artinya kami libur 50 hari. Hampir dua bulan!

Nah, masa liburan itulah yang ingin saya gunakan untuk keliling Sumatera, pada Ramadhan yang baru lalu.

Saya maunya seusai haflah di pondok, santri sudah pada pulang, kami langsung berangkat. Tapi terpaksa harus tertunda, karena Ain anak mbarep saya harus ikut test SBM-PTN. Saya pun harus menunggu dia.

Beberapa hal yang harus saya persiapkan: kondisi mesin mobil harus prima. Saya servis total serta mengganti semua oli. Mulai oli mesin, oli transmisi, filter oli, filter solar dan filter udara. Semua saya ganti.

Kondisi aki mobil pun saya pastikan bagus. Kaki-kaki mobil, rem, klaker, sokbeker dll, secara menyeluruh pun saya pastikan dalam kondisi OK.

Baca Juga : Sumatera 1: Bonek!

Berikutnya, karena saya membawa pasukan banyak, maka kursi belakang baris ke tiga, saya bongkar. Saya ganti dengan amben agak tinggi, agar di kolongnya bisa dipakai menyimpan barang. Sementara di atasnya saya bentang kasur untuk duduk dan tidur anak-anak.

Jadi pasukan krucil: Maya, Ima, Diana dan Tya menempati baris ke tiga yang telah saya modif. Mereka leluasa, bisa duduk dan juga bisa tidur..

Sementara anak-anak yang besar: Qi, Ain dan Emma duduk di kursi baris ke dua. Ibunya anak-anak di depan mendampingi suaminya, biar gak lirak-lirik gadis Sumatera.

Tapi tak jarang istri saya pun harus ganti posisi dengan Rifqi atau Ain.

Untuk keperluan tidur saat malam, selain amben berkasur di dalam mobil, saya pun pasang tenda di atas mobil, yang lazim disebut rooftop tent. Tenda ini berkuran 180X200 CM, cukuplah untuk tidur 5 orang dewasa dengan ukuran sedang seperti kami.

Di atas mobil, selain ada tenda, di bagian depan pun saya kasih satu rak untuk tambahan tempat penyimpanan barang. Saya lengkapi dengan terpal penutup, agar tidak kehujanan.

Kami pun membawa 9 piring makan dan 9 sendok, sejumlah anggota keluarga. Adapun gelas minum hanya membawa 4 saja. Sebab kami bisa bergantian.

Kompor portabel yang biasa dipakai camping, lengkap dengan beberapa kaleng gas. Begitu juga panci dan wajan, serta magic com.

Berikutnya yang tak kalah penting adalah inverter untuk mengubah arus DC ke AC. Ini buat masak nasi, charger laptop dan HP serta lampu-lampu saat kami bermalam.

Beli inverter ini teman-teman harus hati-hati, sebab sebelumnya saya sudah tertipu. Beli di market place Facebook, seharga 1,6 Juta. Katanya berkekuatan 3000 watt. Gak tahunya buat masak nasi gak kuat. Padahal magic com itu kan hanya 400 watt.

Akhirnya saya dapat di seorang kawan di Malang, dengan kekuatan 2000 watt, tapi murni.

Hanya saja, setiap kali kami masak nasi, saya harus membiarkan mesin mobil tetap nyala, agar setrum aki tetap stabil. Sebab kalau aki sampai tekor, bisa berabe. Apalagi mobil kami bertransmisi matic.

Sebenarnya bisa diakali dengan menambah satu aki lagi. Jadi satu mobil ber-aki dua, dobel. Hanya saja, karena dana yang terbatas, itu tidak saya lakukan. Sebab satu aki seharga dua juta.

Satu lagi yang tak kalah penting, head unit mobil telah saya ganti dengan android. Agar bisa membukan GPS sepanjang jalan, tanpa takut panas, kalau saya membukanya di HP.

Head unit ini pun bisa buat nyetel YouTube, menonton film atau menyetel lagu-lagu kesukaan.

Begitulah persiapan kendaraan dan perlengkapan yang saya lakukan. Di samping tentu persiapan mental untuk “ngegembel” sepanjang perjalanan.

Akhirnya pada Tanggal 18 April, dua hari setelah Ain test SBM-PTN, kami pun berangkat. Membelah angin, mencumbui debu dan berbincang bersama gelap saat malam, serta beradu dengan panas matahari saat siang. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: