Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Surga untuk Bu Min

Surga Untuk Mbah Min by orangramai

Oleh: Fahima Indrawati

Orang-orang se-kampung biasa memanggilnya Bu Min. Karena beliau merupakan istri dari Pak Ngatimin. Nama pemberian orang tuanya adalah Susilah. Begitulah adat kita yang memanggil istri dengan dinisbatkan ke nama suami.

Cerita tentang Bu Min adalah cerita hidup penuh hikmah. Setiap kita dipastikan mempunyai garis ceritanya masing-masing. Ada yang unik, berat, bahkan di luar batas nalar.

Masing-masing kita terus melukis kisah hidup yang penuh warna. Namun cerita tentang Bu Min mengajarkan ketegaran, keikhlasan, dan kelapangan jiwa.

Di mataku, Bu Min teramat tangguh. Meski terkadang ada keabsurdan dalam hidupnya, namun tetap berhikmah.

Ketangguhan seorang perempuan dan istri dalam menghadapi suami yang lumpuh karena patah tulang belakang tersebab berkali-kali jatuh dari motor. Bu Min-lah yang mesti berjibaku sebagai tulang punggung keluarga.

Kelumpuhan Pak Min menyebabkan seluruh geraknya bergantung pada orang lain. Jangankan mencari nafkah, untuk duduk dari tempat tidur pun harus dibantu dan disangga.

Cobaan yang menderanya sudah berbilang puluhan tahun. Tapi Bu Min mampu kuat dan tegar. Banyak orang berpendapat, lumpuhnya suami karena terkena karma.

Aku tiada berani menduga-duga. Namun jika itu merupakan ujian dan peringatan dari Yang Maha Kuasa, bisa jadi iya.

Kesabaran, ketangguhan, dan ketegaran Bu Min terbukti saat mendapati pil pahit perselingkuhan suami. Bukan perselingkuhan biasa, tapi perselingkuhan dengan adik iparnya hingga berbuah anak. Anak itu pernah diasuhnya. Itulah ladang pahala yang membuatku salut padanya.

Baca Juga : Sederhananya Bahagia Seorang Ibu

Ada bidadari surga dalam jiwanya. Meski hati tersayat, pedih, perih luka sembilu. Ia sama sekali tidak terlintas minta berpisah dari suaminya. Bahkan terus membangun setia dengan menceboki tiap suami berhajat ke belakang.

Ia dengan sabar membaluri badan suami yang lecet berdarah. Ia pontang panting mencari bantuan ambulan saat suami harus kontrol ke RS. Ia lakukan semuanya secara mandiri.

Ketangguhan Bu Min kian teruji ketika menjadi pencari nafkah tunggal di keluarganya. Meski anak-anak telah dewasa, berumah tangga, bahkan ada yang cukup sukses tinggal di Cikarang, namun nafkah keperluan hidupnya tetap dicukupi oleh Bu Min.

Bu Min berjualan gorengan, tape, atau ketan yang legit itu. Jualan seadanya, sekadar membuat asap dapur mengepul.

Hingga pada suatu saat beliau pernah drop. Berurai air matanya saat bercerita kepadaku. Ia mengaku tak sanggup. Teramat berat beban.

Dari empat anaknya, yang tercinta, nomor tiga pun juga baru meninggalkannya untuk selamanya. Padahal, ia yang digadang-gadang untuk membantu secara ekonomi.

“Allah lebih sayang ke panjenengan. Allah ingin menyiapkan surga buat panjenengan. Allah tahu bahwa panjenengan kuat.”

Kuulang-ulang kalimat itu, untuk Bu Min, sambil kuelus bahunya.

Bu Min bimbang saat banyak yang berbisik agar ia meninggalkan suami dan dikembalikan ke keluarganya. Aku hanya berkata, “Jangan lepas surga panjenengan, Bu Min. Itu surga. Seberapa buruk perilaku suami, biarlah itu tanggungjawabnya di hadapan Allah kelak. Namun panjenengan sebagai istri, teruslah mengabdi. Karena di situlah surga panjenengan.”

Meleleh hati Bu Min. Dan kami berangkulan erat. []

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: