
Oleh: Maryam Maizun
Namanya Achmad Rosyadi Lubis. Komunikasi terakhir dengan beliau adalah, saat aku minta ijin untuk menjadikan tulisannya di sebuah grup Literasi dengan judul yang buatku so touching banget (JALAN SURGA ITU BERNAMA SUAMI), bakal aku pakai untuk bahan diskusi di komunitas Sahabat Annisa.
Beliau mengijinkan. Bahkan ketika flyer aku kirimkan, beliau membalas dengan emoticon bahagia.Walau sudah mendengar (dan mendoakan kepulihan) kabar sakitnya yang semakin parah, tapi tetap saja aku kaget mendengar berita bang Lubis meninggal.
Kami ingin apa tapi Allah lebih tahu yang semestinya terjadi. Sebenarnya, sama sekali aku tidak pernah berjumpa dengan bang Lubis (panggilan akrabnya). Mendengar namanya juga di saat akhir dari kehidupan beliau, ketika aku mulai terlibat dalam aktivitas GARBI dan grup Literasi Arah Baru yang berlanjut dengan sapaan atau komenan ringan di FB.
Tetapi, mungkin karena beliau memang betul betul asli motivator. Maka tanpa perjumpaan atau ikut pada acara acara motivasi yang digelarnya, aku merasa sangat kenal, bangga dan seolah menjadi bagian dari aktivitas motivasinya.
Alhamdulillah, aku dituntun Allah untuk bisa mengikuti tulisan tulisannya dan tentu saja tidak pernah lupa memberi tanda like atau jempol untuk postingannya. Kabarnya, beliau juga jago ngerapp. Ibu-ibu seumuranku tentu kurang meminati atau tertarik dengan hiburan dan motivasi semacam itu. Tetapi tetap kagum pada kepiawaiannya sebagai seniman atau musisi rapp.
Aku termasuk orang yang percaya bahwa dakwah itu punya banyak cara dan wajah. Saat ini semua bisa melihat bahwa justru dari arena baku hantam, kita mendapatkan kelembutan rasa dan kelugasan seorang Khabib Nurmagomedov (Rusia).
Dalam setiap kesempatan yang bisa, beliau selalu menyampaikan pesan pesan dakwah yang sangat memukau. Seolah ingin menunjukkan, apalah artinya fisik tanpa kekuatan yang Allah berikan. Kesombongan apa yang akan dimunculkan manusia yang sejatinya hanyalah berisi timbunan kelemahan dan kelunglaian.
Kekuatan rasa dari petarung Fisik semacam itu, juga bisa kita temukan pada Muhammad Ali (Cassius Marvellus Clay 1942 – 2016), yang di setiap kesempatan yang dia bisa, selalu dipakai untuk mendakwahkan Islam dengan caranya.
Pun termasuk dakwah yang dikawal para Sunan di Indonesia.Dalam sejarah dakwah Sunan Kalijaga (16 M) di tanah Jawa, beliau memasukkan nafas Islam dalam cerita wayang yang saat itu sangat digemari masyarakat Jawa.
Dikisahkan bahwa Puntadewa, tokoh Pandhawa dalam epik Mahabharata itu lama hidup sendirian karena sulit meninggal. Dia menemui Sunan Kalijaga untuk mencari sarana menuju alam baka, yaitu mendengar bacaan Jamus Kalimasada.Kanjeng Sunan Kalijaga mengatakan ; “Jamus meniko seratan suci wonten agomo kulo, inggih meniko kalimat syahadat“.
Beliau melafalkan bacaan dua kalimat syahadat sebagai pengakuan dan kesaksian akan Allah dan kerasulan Muhammad sebagai rasul.
Konon dengan mendengar ucapan kalimat syahadat itu, Puntadewa bisa meninggal dengan tenang.
Begitulah dakwah yang tidak bisa kita batasi seperti persepsi banyak orang. Karena berdakwah itu pekerjaan orang bijak dan bekerjanyapun harus dengan cara yang berkesesuaian dengan keadaan sasarannya.
Bang Lubis sudah melaksanakan tugas dakwah dengan caranya. Beliau kembali pada Allah dengan tenang karena sudah menunaikan tugas dakwah sebagai kewajiban atas diri seorang muslim sesuai kebisahannya.
Hal itu terbuktikan dengan raihan dan banyaknya orang yang terinspirasi, termotivasi untuk menjalankan kebaikan kemanusiaan atau keumatan dan ibadah ibadah Islam. Banyak sekali yang mendengar kabar kepulangannya ke alam abadi lalu merasa berduka, merasa kehilangan karena sudah merasa memilikinya.
Tidak perlu bertatap muka dan saling berbicara untuk disukai. Cukup dengan mendengar pesan pesan yang diucapkan dari hati sehingga sampai ke hati pula.Selamat menjumpai dan bersama Dzat yang paling mencintai bang Achmad Rosyadi Lubis. Ridlomu akan berbalas ridlo-NYA. Aamiin…
Perak, Surabaya 22 11 2020
Maryam Maziun
Terkait
5 Bintang Dunia dengan ADHD
Ersis Warmansyah Abbas
PKS Slamet!