
KH. Adnan Syarif adalah guru saya. Beliau yang ngajari kami Balaghah. Sedikit yang saya pahami tentang kesusastraan Arab itu, Kiai Adnan adalah pemilik saham utama pada pengetahuan saya.
Kiai Adnan orang Lumajang, tinggal di Lumajang dan punya satu pesantren cukup besar di kota tersebut.
Tapi Kiai Adnan ketika itu terus jejeg mengajar di Ampel. Mulai naik bis dari Lumajang ke Surabaya. Dari terminal Bungurasih terkadang dijemput oleh mudarris yang lain, tapi tak jarang pun beliau harus naik angkot.
Padahal secara fisik, Kiai Adnan Syarif mengalami (maaf) cacat kaki. Tapi kondisi beliau yang difabel seperti itu, tidak menghalanginya untuk terus mengajar di Ampel.
Kiai Adnan begitu dalam ilmunya dalam Balaghah. Hal tersebut diakui oleh semua guru di LPBA Ampel. Maka, sampai sebenarnya menurut usia dan kondisi fisik yang tidak lagi begitu berdaya, beliau sudah memenuhi udzur syar’i untuk tidak lagi mengajar di luar kota.
Tapi rupanya kecintaan beliau terhadap ilmu dan atas permintaan guru-guru yang lain, beliau tetap datang ke Ampel untuk mengajar.
Ketika beliau berhalangan, digantikan oleh guru-guru yang lain. Saya pribadi mendapati ruh pengajaran Kiai Adnan tak dipunyai oleh guru lain.
Kerumitan berbagai cabang ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’ sanggup beliau urai dengan cara sederhana. Sehingga memberikan kemudahan kepada kawan-kawan untuk memahaminya. Termasuk juga murid dedel seperti saya.
Tepatnya entah sejak kapan, tapi saya dengar beberapa tahun terakhir ini Kiai Adnan tak lagi mengajar di Ampel. Entah karena kesibukan beliau di pondoknya sendiri atau karena kondisi fisik yang sudah tidak lagi memungkinkan.
Beberapa kali saya berkeinginan untuk mengunjungi beliau di Lumajang. Sampai pernah sudah saya kontak, tapi rupanya tak jua kunjung tertunai. Hingga akhirnya petang ini saya mendengar kabar: Kiai Adnan Syarif meninggal dunia!

Mendapati kabar tersebut, seketika air mata menganak sungai di pipi saya. Istri saya yang juga murid Kiai Adnan, kebetulan ada di sisi saya saat kabar duka itu saya terima. โAda apa, kok nangis?โ tanyanya.
โUstadz Adnan tuwuffiya…โ jawab saya.
Ia pun terdiam. Seperti langsung paham orang yang saya maksud. Padahal orang yang bernama Adnan banyak. Adzan Maghrib berkumandang di kota Lawang. Sebelum beranjak untuk berwudhu, berkelebat segenap kenangan bersama Kiai Adnan. Pengajarannya, petuahnya, kesantunan dan juga humor-humornya yang berbalut sastra indah.
Selamat jalan, Guru.
ุฅู ุงูุนูู ุชุฏู ุนุ ูุงูููุจ ูุญุฒูุ ููุง ูููู ุฅูุง ู ุง ูุฑุถู ุฑุจูุงุ ูุฅูุง ุจูุฑุงูู ูุง ุดูุฎูุง ูู ุญุฒูููู.
Lawang, 23 November 2020
Abrar
Terkait
5 Bintang Dunia dengan ADHD
Ersis Warmansyah Abbas
PKS Slamet!