Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

NYEBUL MERIPAT KELILIPEN

Saya pernah ke dokter gigi. Dokternya saya tanya, “Bu Dokter pernah sakit gigi, nggak?”
“Pernah, Pak,” jawabnya. Kemudian saya tanya lebih jauh, apakah kalau sakit gigi ia periksa dan obati sendiri? “Ya nggaklah, Pak. Walaupun saya dokter gigi, tetap saja kalau gigi saya sakit, saya periksa ke dokter lain.”

Begitulah ketika ada yang bertanya, kenapa anak-anak saya tidak dipondokkan di Babul Khairat saja. Saya jawab, bahwa meripat kelilipen ora mungkin disebul dewe = mata yang kemasukan debu, gak mungkin kita tiup sendiri. Tetap saja kita perlu bantuan orang lain untuk meniupnya.

Terus terang, saya termasuk yang kesulitan mencari pondok yang sesuai ekspektasi untuk anak anak saya. Kriteria pondok yang menurut faqir saya sesuai adalah sebagai berikut:

1. Terpadu antara kurikulum formal pendidikan Nasional dan muatan diniyah pondok pesantren. Sudah saatnya dikotomi antara apa yang disebut sebagai pendidikan umum dan pendidikan agama itu diakhiri.

2. Santri harus mandiri. Tetap masak dan nyuci sendiri. Bukan disediakan makan oleh pesantren dan apalagi dicucikan bajunya.

Sebab satu di antara karakter pesantren yang mulai dicerabut secara perlahan, adalah kemandirian ini. Sehingga karenanya, trend pesantren masa kini adalah melahirkan bayi bayi dewasa yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri!

3. Tidak menutup akses santri terhadap teknologi. Artinya, penggunaan komputer dan smartphone masih diijinkan. Walau tentunya, tetap harus diatur waktu dan kontennya.

4. Bersih. Ini satu di antara hal yang tidak bsia ditawar. Kebersihan kamar tidur santri dan kamar mandi itu mutlak. Kumuh, kotor dan bau busuk itu seharusnya tidak boleh terjadi pada lembaga pendidikan yang bernama pesantren. Sebab yang punya ungkapan ‘Annazhafatu minal iman,” itu adalah kita!

5. Tidak menganggap biasa kehilangan sekecil apapun barang milik santri. Artinya setiap kehilangan tetap itu adalah pelanggaran yang yang harus dituntaskan. Bukan malah ditoleransi, apalagi kalau kemudian dibuat pembenaran bahwa itu adalah budaya pesantren.

6. Tidak campur. Seorang santri dengan santri lainnya tidak boleh tidur bareng pada satu tikar atau kasur yang sama. Apalagi mandi bareng dalam kamar mandi yang sama.

Sebab kebiasaan bercampur inilah yang biasanya menjadi pemicu terjadinya kecenderungan yang tidak normal.

7. Uang jajan harian santri harus dibatasi. Jangan sampai santri yang tidak mempunyai duit banyak terobsesi pada santri yang banyak duitnya. Pun bagi santri yang berasal dari keluarga kaya, jangan sampai berfoya-foya di pondok.

8. Mengedepankan pencapaian karakter dan adab daripada pencapaian akdemik. Jangan sampai santri kurang ajar pada guru, orang tua dan pada temannya sekalipun.

9. Ini yang paling penting: Bermanhaj Ahlussunnah Waljamaah yang lurus. Tidak bercampur virus liberalis dan juga tidak terjangkit penyakit konservatif tekstualis akut.

10. Tetap menjaga kemurnian salaf yang masih relevan. Tapi juga tidak menutup diri terhadap hal kekinian yang lebih maslahat.

Sejauh pencarian saya, saya memang belum menemui kriteria pesantren seperti tersebut di atas secara keseluruhan. Tapi tidak bisa didapatkan semuanya, bukan berarti harus ditinggalkan semuanya. Tidak menemukan semua kriteria itu, bukan berarti anak-anak saya tidak saya pondokkan.

Maka, setelah menyaksikan sendiri, meminta refrensi pada orang dan istikharah pada Allah, tiga orang anak saya yang telah menuntaskan pendidikan dasarnya, saya pondokkan di:

Anak pertama (perempuan) di Pondok Pesantren Darul Ulum, Banyuanyar, Pamekasan, Madura.

Anak ke dua (lelaki) di Pondok Pesantren Ilmu Al Qur`an (PIQ) Singosari, Malang.

Anak ke tiga (perempuan) di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah, Pacet, Mojokerto.

Masih ada empat anak lagi, yang kesemuanya tetap akan saya pondokkan, insya Allah. Entah di pondok mana masing-masing mereka nanti akan berlabuh. Namun yang pasti, 3+4=7 itu semua anak saya, masih dari rahim yang pertama.

Bagaimana menurut Sampean?

” Oleh : Abrar Rifa’i “

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: