Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

KH. Dr. Faris Khoirul Anam

Faris Khoirul Anam , usianya jauh di bawah saya. Ganteng, santun, tekun dan pembelajar. Asli NU, tapi tidak gagap berbaur dengan orang-orang lain. Secara peredaran, kurang lebih sama dengan Ning Evi Ghozaly . Tapi masih kalah jika dibandingkan saya.

Tak banyak saya ikuti, tapi dari berbagai postingan kawan-kawan, saya tahu kalau Ustadz Faris baru saja dikukuhkan sebagai doktor di UIN Maliki Malang.

Muda, ganteng, supel, doktor dan kiai. Kira-kira, andai orang ini melakukan lamaran empat kali pada gadis yang berbeda, adakah yang sanggup menolak? Tapi saya pastikan bahwa Gus Faris, setidaknya untuk lima tahun ke depan, tak akan berani memutuskan untuk membuat pinangan baru.

Baca Juga : Terima kasih, Sarah, Terima kasih, Hajar! 

Jadi, sekeras apapun Makkaeh Choirul Anam memprovokasinya, ia tetap akan bergeming. Kok hanya lima tahun? Iya, lima tahun saja. Setelah itu, wallahu A’lam. Eit, apakah bisa lebih cepat? Iya, bisa saja.

Tergantung situasi dan kondisi. Saya sudah lupa, kapan tepatnya bertemu fisik dengan kiai pengasuh Pondok Pesantren Darul Faqih ini. Adapaun secara maya, memang kami sudah lama berkawan.

Sama halnya dengan Yang Mulia, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy , jauh sebelum nyabis fisik, saya sudah lama berkawan dengan beliau. Begitu juga dengan Gus Mbeling Alawy Aly Imron , wes puluhan tahun berkawan di internet. Sampai sekarang, malah belum pernah berjumpa. Kalau ini asli parah!

KH. Faris Khorul Anam, saya memang harus membubukan gelar laiknya pengasuh pesantren di belakang namanya. Karena ia telah memenuhi syarat itu.

Beda dengan saya, hanya mereka orang-orang sempel wae sing nyelluk kiai. Kiai Faris menempuh doktoral, lebih kepada tuntutan akademis saja. Adapun ilmu, saya yakin beliau telah melampaui banyak doktor di lingkungannya.

Terlebih saat ini, Kiai Faris tercatat sebagai dosen di Universitas Negeri Malang. Maka dengan menjadi doktor, tentu akan memperlancar karir kedosenannya.

Perpaduan latar pendidikan salaf di PIQ Singosari dan pendidikan formal di sekolah -sekokah negeri, telah membentuk Faris benar-benar total mengejawantahkan satu di antara tagline pesantren: Almuhafazhah alal qadimis shalih, wal akhdzu biljadidil ashlah. Kiai Faris menambah jajaran pengasuh pesantren salaf yang bergelar doktor.

Perlahan identifikasi pengasuh pesantren yang tidak bergelar akademis, semakin tergerus waktu. Semoga benar-benar menambah maslahat untuk ummat. Apa yang telah Kiai Faris capai saat ini, ilmu, maqam dan mal, tentu tak lepas dari peran guru besar beliau, Kiai Bashori Alwi, ayah kepada Kiai Luthfi Bashori .

Sebagaimana kita tahu, di samping ngangsu di PIQ, Mas Faris juga pernah ngawulo di Ribath. Semoga semua amal sholeh, pengabdian kepada ummat dan ajaran ilmu kepada manusia, menjadi amal jariyah yang akan terus mengalir kepada guru-guru beliau dan juga dua orang tua beliau.

Selamat, Mas Faris. Mubarak, alf alf mubarak! Gas terus, jangan rem. Mumpung sek enom. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: