Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Jasad Orang Baik Itu Mati, Tapi Kebaikannya Kekal

Jasad Orang Baik Itu Mati, Tapi Kebaikannya Kekal

Oleh: Pirman Bahagia

Nama Hilmi Aminuddin amatlah akrab di dunia pergerakan Islam. Lelaki berdarah sunda ini merupakan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan yang kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera.

Saya tidak pernah mengenal Kiyai Hilmi secara langsung. Memang saya bukan siapa-siapa. Hanya orang di pinggir yang bahagia saat nama beliau disebut.

Hingga akhirnya direkomendasikan oleh seorang guru, agar saya membaca kumpulan ceramah (taujih) Kiyai Hilmi yang sudah dibukukan. Buku yang kelak mengubah cara pandang saya itu berjudul Menghilangkan Trauma Persepsi.

Menghilangkan Trauma Persepsi ini saya beli tepat 9 tahun yang lalu, Dzulqo’dah 1432 Hijriyah. Saya membelinya di Bursa Nurul Fikri di bilangan Depok, Jawa Barat.

Buku bergizi ini saya baca sampai tuntas dengan kesimpulan yang amat sederhana: selama ini Muslim dipersepsikan tertinggal, bodoh, kampungan, terbelakang, bukan siapa-siapa. Padahal, Allah dengan jelas menyebutkan bahwa Muslim yang Mukmin itu paling tinggi derajatnya.

Persepsi bahwa Muslim tertinggal dan terbelakang itu harus dibuang, harus ditinggalkan untuk diganti dengan kepercayan diri bahwa Muslim dan Mukmin itu mulia di semua bidang.

Kiyai Hilmi hendak meyakinkan bahwa Muslim harus percaya diri dengan tampil ke masyarakat. Jangan lagi mendekam di balik tirai hijab atas dalih ibadah.

Muslim harus maju, bertebaran di berbagai lini kehidupan untuk menunjukkan bahwa Islam itu mulia dan memiliki peradaban yang maju.

Melalui Menghilangkan Trauma Persepsi, Kiyai Hilmi hendak mengajak ummat untuk membangun peradaban Islam di seluruh aspek, mulai dari ekonomi, politik, sosial, budaya, dan seterusnya.

Usai itu, tak terlalu banyak kenangan. Tapi, ada satu kenangan yang amat membekas dari salah satu taujih beliau.

Dan hari-hari berikutnya, taujih-taujih beliau menjadi kenyataan. Masya Allah.

Taujih terakhir Kiyai Hilmi saya dengarkan saat di Gelora Bung Karno (GBK), masa kampanye terakhir pemilu 2014.

Kiyai Hilmi memberikan ijazah doa kepada seluruh kaum Muslimin yang hadir.

“Ada begitu banyak kelompok kecil yang berhasil mengalahkan kelompok besar karena mendapatkan pertolongan Allah,” kata beliau.

Salah satu rahasia kemenangan kelompok kecil atas kelompok besar itu, kata Kiyai Hilmi, adalah dengan mengamalkan doa yang dibaca Thalut saat jihad melawan Jalut.

وَلَمَّا بَرَزُوْا لِجَـالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖ قَا لُوْا

رَبَّنَاۤ اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَّثَبِّتْ اَقْدَا مَنَا وَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْکٰفِرِيْنَ ۗ

“Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka berdoa;

‘Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.’

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 250)

Beliau membaca, lalu ratusan ribu hadirin diminta mengikuti. Beliau berwasiat agar doa ini terus diamalkan dalam keseharian, termasuk dalam waktu-waktu mustajab.

Atas izin Allah, kelompok kecil yang diprediksi tak mendapatkan suara karena badai di tahun 2013 tetap berjaya di 2014 meski belum menang pemilu.

Selain doa Thalut saat menghadapi Jalut, Kiyai Hilmi juga menyampaikan nasihat bahwa dakwah akan mengalami ujian yang berat. Dakwah akan ditimpa badai karena dikepung musuh dari berbagai penjuru.

Benar, usai 2014, ujian berat kembali menimpa dakwah. Ada peristiwa perpecahan dari dalam. Tapi saya yakin, perpecahan antara orang baik merupakan bentuk kesalahan setan dan kelak setan akan menyesalinya.

Sebab dua orang baik yang berpisah itu akan tetap baik dan kembali menebar kebaikan di tempatnya yang baru. Selayak kiyai yang beda pendapat dengn saudaranya. Ia memilih pergi dan kembali mendirikan pesantren di tempat baru sehingga ada dua pesantren dengan cakupan santri yang lebih luas. Insya Allah.

Dan terakhir, apa yang beliau sampaikan di 2014 itu terbukti hari ini. Saya tidak ingat betul. Tapi kalimat ini tak akan berubah maknanya dari kalimat asli beliau.

“Dakwah ini akan mengalami ujian yang berat karena diserbu musuh dari berbagai penjuru. Tapi saya yakin, Allah akan memenangkan dakwah ini. Hanya saja, saat dakwah ini dimenangkan oleh Allah, mungkin ana tidak ada di tengah-tengah antum sekalian.”

Seketika itu, GBK hening. Banyak yang terisak. Aura sedih begitu terasa. Dan memang, tak ada yang lebih pedih bagi seorang murid melebihi kepedihan ditinggal gurunya.

Sore ini, Selasa, 30 Juni 2020, omongan beliau terbukti. Dakwah belum menang. Dan kelak saat dakwah menang, beliau sudah tidak di tengah kita.

“Iya, Mas. Betul (bahwa Kiyai Hilmi Aminuddin wafat). Ana sedang dalam perjalanan menuju Lembang.” kata seorang ustadz saat saya hubungi sore ini.

Hati-hati di jalan, Kiyai. Semoga Allah terima semua amal shalih ustadz, dan ampuni semua dosa ustadz.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu. Allahumma laa tahrimna ajrohu wa laa taftinna ba’dahu, waghfirlana wa lahu.

Ditulis tepat ba’da Ashar, di Cihuni, Tangerang

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: