Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Utang Syukur

Syukur

Oleh : Nina Ginasari

Indikator langit sepertinya berbeda  dengan indikator bumi. Sangat banyak kisah dan ibrahnya yang bisa saya ambil dari makhluk ciptaan Allah dalam indikator indrawi bebal saya jauh dari sempurna.

Sungguh, Maha Benar Allah yang Maha Agung dengan segala firmanNya. Dengan nikmat yang sudah dihadiahkan, tak terbilang jumlahnya, tapisangat sedikit sekali manusia yang bersyukur.

Terlahir dari keluarga yang bahagia, walau tak berlimpah, tapi sangat cukup—dengan pendidikan yang cukup, sedikit sekali saya bersyukur. Hidup diisi dengan mengeluh dan memanjangkan angan akan syahwat-syahwat duniawi yang belum juga terkenyangkan.   

Seorang yang saya hormati suatu saat berkata, “Tidak mungkin Allah menciptakan produk gagal. Semua pasti ada hikmahnya. Ada maksud di balik setiap penciptaan.” Begitu lantang beliau menyampaikan kalimat yang susah saya lupakan, dan kemudian jadi sering saya ulang-ulang di depan teman-teman lain saat tawwas shawbil haq dan tawwas shawbis shabr.

Pada workshopnya beliau juga menayangkan film pendek tentang gigihnya seorang ibu menemani anaknya mengembangkan bakat musiknya. Anak yang terlahir dengan satu paru-paru, dengan tabung oksigen yang harus selalu digendongnya. Untuk sekadar menjalankan hidup saja sudah cukup repot, namun sang ibu yang tahu betul potensi anaknya, tanpa lelah membimbing anaknya untuk terus berlatih bermain biola kesayangannya. Bahkan, bukan hanya anaknya saja yang beliau bimbing, melainkan juga teman-temannya sesama anak berkebutuhuan khusus di sekolahnya.  Mereka berlatih gigih dengan segala keterbatasan mereka untuk sebuah orkestra besar yang spektakuler.

Baca Juga : Mimpi dan Harapan

Intro musik dari film pendek yang disajikan di tengah workshop pendidikan itu penuh dengan nada minor yang menyayat pendengaran.

Belum puas saya mendengarkan penggalan musik yang sepertinya mengandung bawang dan candu itu. Belum puas juga saya menonton penggalan ceritanya. Maka saya mencari di YouTube untuk menonton versi panjang dari film itu. Agak susah mencari keyword untuk pencarian di YouTube itu.  Selalu gagal dengan keyword yang saya perkirakan.

Akhirnya saya mengumpulkan nyali memberanikan diri untuk menghubungi pemateri dalam workshop pendidikan beberapa waktu lalu itu. Saya menghubungi beliau lewat WA. 

Bingo! Beliau bermurah hati memberikan judul film tersebut. Mim Mesle Madar. M for Mother.  Sebuah film produksi Iran, tampaknya. Saya mengharu-biru, menangis bombay menyaksikan cerita film yang diangkat dari kisah nyata itu. Saya kemudian membaginya pada beberapa sahabat dekat dan mendapatkan reaksi yang sama seperti saya juga.

Bukan hanya satu film pendek itu saja yang kemudian terbuka di YouTube saat saya browsing film itu. Ada banyak sekali film pendek senada yang saya temukan. Di antaranya ada film pendek tentang anak yang terlahir dengan cerebral palsy yang ditemani ayahnya menyelesaikan lomba triathlon impiannya. Berlari. Berenang. Bersepeda. Dengan tubuh cerebral palsy-nya.

Betapa banyak hati telah disentuh dan diinspirasi oleh perjuangan mereka menaklukkan keterbatasan. Betapa sedikit yang sudah saya kerjakan dengan tubuh sempurna untuk menginspirasi sesama agar sedikit bermanfaat bagi sesama.

Teringat saya akan kutipan yang berbunyi, “You don’t have to be perfect to inspire others. Your struggle against your imperfectness inspires others even more.”

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: