Merangkai dari satu huruf bersama huruf-huruf lainnya, tak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Karena banyak juga yang terangkai adalah ujaran-ujaran sembilu yang menyayat pembacanya.
Pada bagian yang lain, tak jarang pula yang rangkaiannya sering mengangkasa. Hingga tak semua orang bisa menjangkaunya.
Ada juga yang terlalu belukar, hingga hanya orang tertentu saja yang bisa menelisiknya. Lebih parah lagi, ada yang berbelit hingga susah diurai.
Komunikasi itu adalah yang satu sama lain, antara pembicara dan pendengar bisa saling paham. Antara penulis dan pembaca saling mengerti.
Ketika kambing mengembek, tak akan bisa dipahami sapi yang mengoek. Sebagaimana ayam berkokok, tak bisa dipahami burung yang berkicau. Tapi masing-masing mereka mempunyai bahasa insting yang menyampaikan pesan satu sama lain.
Manusia dengan beragama strata, gaya komunikasi serta pemilihan diksi dan narasi tertentu. Tak jarang satu sama lain saling berkerut. Tapi masing-masing punya hati, sehingga pendekatan hati inilah yang paling cepat menyampaikan keinginan satu dengan lainnya.
Ketika seorang anak Adam kebingungan bagaimana cara mengebumikan saudaranya, datanglah burung mengajarinya. Tanpa perlu mengucapkan satu lafazh pun.
Seorang pengendara yang melaju kencang, tetiba menghentikan kendaraannya di tepi jalan. Hanya karena ia melihat seorang perempuan tua tertatih berjalan. Ia raih tangan orang tersebut, siap diantarkannya kemana tujuan yang diinginkan. Tanpa perempuan tersebut memanggil dan memohon untuk diantarkan.
Bayi yang terjaga di malam hari. Dengan sigap ibunya yang masih merem, segera mendekatkan teteknya. Tanpa pembicaraan apapun, sang bayi segera menyusu dengan lahap.
Maka, bicaralah dengan hati. Walau kau tak pandai merangkai aksara. Sebab keinginan tak memerlukan huruf. Pun, untuk mengerti tidak harus ada kata. (Abrar Rifai)
Terkait
Ramadhan Ala Gresik-an (Bagian 3-habis)
Ramadhan Ala Gresik-an (Bagian 2)
Ramadhan Ala Gresik-an (Bagian 1)