
Oleh : Syamsuddin Usup
Karakter bangsa ini pada umumnya adalah agamis, sebab para founding fathers negara ini menempatkan prinsip Ketuhanan yang Maha Esa sebagai dasar utama kehidupan berbangsa dan bernegara.
Realita dalam konteks pandemi covid-19, peristiwa dunia yang sangat menyedihkan ini diterima sebagai “takdir”, karena keyakinan bahwa seluruh kehidupan telah ditetapkan dan diatur oleh Al-Hayyu Al-Qayyum Allah Swt.
Namun, bukan berarti bangsa ini tidak boleh berusaha untuk menhindari bala bencana itu. Kuncinya adalah tobat memohon ampun kepada Allah Swt, Tuhan yang Maha Esa. Karakter dan kepribadian agamis ini hendaknya menjadi mindset kebijakan pemerintah dalam melaksanakan gerakan tobat nasional. Hal ini agar kebijakan mendisiplinkan masyarakat untuk mematuhi protap kebijakan new normal dapat diterima secara utuh oleh mayoritas rakyat.
Baca Juga : Kurang Piknik di Masa Pandemi?
Kebijakan yang didasari dengan pemikiran sekuler, kemungkinan besar akan mendapat resistensi dan tidak sepenuhnya mendapat dukungan publik. Ini dapat membuat pemerintah mendapat kesulitan dalam memutus mata rantai penyebaran covid-19.
Ditulis dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 1945
Terkait
Menemukan Keseimbangan Lewat Digital Detox
Hewan Bukan Aksesori Belaka!
Rumus Tekanan (Hidup)