Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Istiqamah

Saya lihat tulisan saya 10 tahun yang lalu, sungguh malu saya membacanya. Saya sendiri tak paham, entah apa yang dimaksud pada deretan huruf tersebut.

Walau hingga kini pun tulisan saya tidak bisa dibilang bagus. Tapi kalau dibandingkan dengan yang dulu, itu seperti jarak antara Banyuwangi – Merak. Jauh, dari ujung timur pulau Jawa hingga ke ujung barat di bibir selat Sunda.

Begitulah memang, apa saja yang kita tekuni, niscaya akan mudah dilakukan dan berangsur memperoleh bentuk yang baik dari hari ke hari. Maka tak heran kalau Imam Ali ra berujar, “Al Istiqamah khairun min alfi karomah = istiqamah itu lebih baik dari seribu karomah.”

Karomah adalah perbuatan luar biasa yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Yang bisa melakukannya hanyalah orang-orang terpilih yang diberikan ijin atau kewenangan oleh Allah untuk melakukan hal tersebut. Orang-orang tersebut lazim disebut wali.

Seperti misal kalau ada orang yang bisa berjalan di atas air, itu karomah. Orang yang lumbung berasnya di rumah gak habis-habis dalam beberapa waktu tertentu, padahal tiap hari dimasak.

Tapi ingat, beda karomah dan sihir. Sihir itu pertolongan setan, bisa dipelajari dan biasanya memerlukan tumbal. Sedang karomah tidak bisa dipelajari, kejadiannya pun tidak selalu berulang. Hanya Allah berikan dalam kondisi tertentu atau dalam keadaan terdesak. Seringkali terjadi tanpa diminta.

Nah, karomah yang hebat seperti itu, disebutkan oleh Imam Ali bahwa istiqamah ternyata lebih baik dari seribu karomah.

Istiqamah sendiri adalah satu perbuatan tertentu yang ditekuni. Semisal jual arum manis, jualan arum manis terus sampai mati. Selalu shalat berjamaah di masjid waktu subuh, hingga ajal menjemput. Shalat dhuha dua rakaat tak pernah putus sepanjang hidup.

Istri setiap pagi membuatkan kopi suaminya itu juga istiqamah. Menyiram bunga di halaman rumah setiap sore itu pun istiqamah dan lain sebagainya.

Mau tahu contoh orang istiqamah? Mas Sutono Suto, sahabat saya dari Tegal inilah contohnya. Mas Tono terus menulis, walau tulisannya yang sudah ditekuni sekian lama tak jua melampaui para penulis besar negeri ini.

Baca Juga : Belajar Konsisten Melalui Kegiatan Sehari-hari

Ustadz Nur Asyur, ini kawan sekaligus guru saya tinggal di Bali. Beliau istiqamah setiap hari membuat video-video melalui aplikasi zoom dan disiarkan secara langsung. Walau mungkin pemirsa video-video beliau tidaklah ditonton orang ramai sebagaimana video ceramah pendakwah kondang negeri ini.

Mas Tono dan Ustadz Nur adalah dua teladan dalam beristiqamah. Tak kira bilangan, tapi kesinambungan itulah yang meninggikan nilai suatu amal di sisi Allah. Maka Rasulullah saw pun bersabda, “Inna ahabbal a’mal ilallah, adwamuha wa in qalla = Sungguh amal yang Allah sukai adalah yang berkesinambungan walau dengan bilangan yang sedikit.”

Tapi sebenarnya wajar kalau Imam Ali menyebut Istiqamah itu lebih baik dari seribu karomah. Sebab untuk bisa istiqamah, bukanlah perkara mudah. Banyak orang yang sekali duduk sanggup membaca tiga juz al Quran. Tapi tak banyak orang yang bisa terus istiqamah membaca dua lembar Quran selepas shalat setiap hari, hingga waktu yang panjang.

Kaitannya dengan keterampilan, menulis atau berceramah misalnya, tidak sekedar memerlukan ilmu. Tapi yang lebih penting adalah sanggup melakukannya secara istiqamah. Dari tidak mampu, menjadi agak mampu, hingga mampu dan bisa sampai pada tingkatan mahir.

Tentu kemampuan dan apalagi kemahiran tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh orang yang menekuni keterampilan tersebut sekian lama.

Perempuan pandai memasak, karena memang setiap hari masak. Saya bisa ngebut kalau bawa mobil dengan tingkat kemahiran di atas rata-rata para pengemudi lain, karena berlatih tiap hari.

Pulang kondangan, Sampean dengan cekatan mengandeng tangan istri sendiri, tidak salah tangan istri orang, itu karena Sampean sudah hafal. Tiap hari ketemu dan tiap hari tangan itu diapit.

Coba tanyakan pada restoran-restoran besar yang beromzet puluhan juta setiap hari, perlu berapa lama mereka mendapatkan itu setelah terus melakukannya hingga bertahun-tahun.

Coba tanyakan pada Toyota yang menjadi raja mobil Indonesia, perlu berapa lama mereka bisa menjual jutaan mobil di negeri ini. Tanyakan juga di awal-awal penjualannya dulu, apakah bisa langsung banyak atau berawal hanya hitungan jari tangan dan kaki saja.

Kalaupun pekerjaan atau kegiatan yang kita lakukan dengan istiqamah sekian tahun, tak juga bisa menuai hasil yang banyak, niatkanlah semua itu sebagai ibadah kepada Allah, sebagai peribadatan yang paling Allah sukai.

Tersebutlah seorang lelaki yang menjadi marbot Masjid Ampel di jamannya Sunan Ampel dulu, lelaki ini hanya menyapu saja di masjid Ampel hingga kematian mendatanginya. Mbah Sholeh biasa akrab orang memanggilnya, makam Mbak Sholeh terletak di samping kanan masjid Ampel, tak pernah sepi orang menziarahinya hingga kini.

Seribu langkah bermula dari satu ayunan kaki. Sanggup menghafal 30 Juz al Qur`an pun bermula dari satu ayat saja: basmalah di awal al Fatehah.

Maka terkait kebaikan apapun, jangan pernah menunggu sempurna untuk melakukan. Tapi mulailah segera dan lakukan terus menerus, hingga kelak kesempurnaan malu untuk tidak mendatangimu. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: