Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Hidup dan Mati

Saat saya sedang berjuang memelas kasih sayang Allah untuk memberikan kesembuhan pada hamba yang hina dan tak berdaya ini, saya tersentak mendengar kabar kewafatan Ustadz Ade Purnama.

Sungguh hidup dan mati itu mutlak berada pada genggaman Allah Ta’ala. Sehat dan sakit juga, hanya Allah semata yang sanggup mengadakan dan meniadakan dari sesiapa saja yang dikehendaki-Nya.

Kita hanya berkewajiban merawat kehidupan yang telah Allah berikan sebaik-baiknya. Kita berkewajiban menjaga kurnia kesehatan ini semaksimal yang kita bisa. Selebihnya, Allah jualah yang menjalankan segala kuasa-Nya.

Baca Juga : Makan Obat Lagi 

Jadilah sebaik-baik hamba, selagi sehat masih di kandung badan. Beribadahlah dengan sebaik-baik peribadatan selagi segenap organ tubuh bisa berfungsi dengan baik.

Sebagai kawan dan sahabat, kita tentu berharap Ustadz Ade Purnama panjang umur. Beliau adalah orang yang sangat baik, pendakwah yang tak lelah mengajak manusia kepada Allah.

Tapi pada saat yang sama, Ustadz Ade adalah seorang politisi tanpa kamuflase. Tak berpura-pura, dimanapun beliau diundang, selalu tampil khas politisi Partai Gelora. Berpakaian biru tosca dan atribut identik Gelora lainnya.

Pada semua orang yang mengundangnya berceramah, Ustadz Ade selalu apa adanya, mengaku sebagai kader dan Bacaleg Partai Gelora. “Gelorakan!” teriaknya lantang pada berbagai kesempatan.

Pengisi tetap pada program Damai Indonesia TV One. Mungkin Ustadz Ade adalah satu-satunya penceramah di sana yang tak segan mengaku sebagai politisi aktif.

Tapi nyatanya keterusterangan Ustadz Ade sebagai politisi, tak menyurutkan orang atau pihak penyelenggara untuk terus mengundangnya. Itulah kekuatan hati. Ketulusan itu adalah penarik simpati yang sebenarnya.

Makanya tak banyak orang yang bisa seperti Ustadz Ade. Saya lihat belasungkawa datang dari berbagai tokoh dan komunitas. Tak terkecuali KH. Idrus Ramli, tokoh Aswaja Nasional pun turut menulis kewafatan Ustadz Ade dengan kesedihan.

Ustadz Ade terjatuh sesaat setelah mengimami shalat. Tak sempat mendapatkan pertolongan medis. Ja’a ajaluhu, wa innamal asbab, ala ma yuriduhullah. Fayarmahu Ta’ala rahmatal abrar.

Saya sendiri begitu terjatuh, alhamdulilah bisa segera mendapatkan pertolongan medis. Menurut keterangan banyak dokter di sini, ada banyak keunikan dan keajaiban yang saya dapati. Laa haula walaa quwwata illa bilLahil aliyyil azhim.

Saya belum banyak bisa cerita, karena ini baru boleh pegang HP dan ngetik-ngetik. Insya Allah, nanti saya tulis semua.

Terima kasih kepada segenap guru, kawan kerabat, para santri dan semua orang baik yang telah berkenan mendoakan saya. Jazakumullahu khairan katsiran. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: