Penggal ke dua dari tiga fase pembagian Ramadhan: 10 hari pertama rahmat, 10 hari ke dua ampunan dan 10 hari ke tiga pembebasan dari siksa neraka.
Ada banyak riwayat yang menyebutkan keutamaan beristighfar (mohon ampun), di antaranya bisa membebaskan dari kesulitan dan juga sebagai pembuka pintu rejeki.
Rasulullah Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam– sendiri sebagai manusia ma’sum, tetap banyak beristighfar. Begitu juga para shalihin, mulai para sahabat hingga ulama rasikhin.
Siapa kita? Orang-orang yang terus bergelut dengan dosa-dosa. Bahkan pada satu ketika mungkin kita pernah terjerembab pada kubang dosa yang sangat dalam.
Maka, sempena 10 hari ke dua di bulan mulia ini, jangan pernah kita sia-siakan. Mari banyak-banyak bertaubat atas segala kesalahan yang telah lalu ataupun potensi kesalahan yang akan datang.
Sebab selagi kita disebut manusia, tak akan pernah lepas dari dosa dan maksiat. Makanya Baginda Nabi bersabda, bahwa sebaik-baik orang yang berbuat salah, adalah yang segera sadar dan bertaubat.
Karena satu kesalahan, moyang kita, Nabiyullah Adam –alaihissalam– dihukum berat oleh Allah. Tak sekedar dikeluarkan dari surga dan dikirim ke bumi, tapi Mbah Adam juga harus terpisah dari teman hidupnya, Mbah Hawa.
Mbah Adam kemudian bertaubat: Rabbana zhalamna anfusana wain lam tagffir lanaa laknakunannaa minal khasirin.
Allah menerima taubat manusia pertama tersebut. Bertemulah ia denga istrinya di Padang Arafah, di jabal Rahmah yang menjadi prasasti cinta hingga kini.
Baca Juga : Teruslah Berburu
Nabi Adam memang sudah tidak lagi berada di surga, tapi hidup berkelanjutan dengan perempuan yang dicintainya, itu sudah bahagia. Hingga akhirnya iapun bisa dengan total bisa menjadi khalifah di muka bumi. Begitu terus menerus, turun temurun hingga kini.
Nabiyullah Yunus –alaihissalam– pun atas keengganannya untuk terus memberikan penyadaran kepada kaumnya, akhirnya dihukum oleh Allah. Ia dilempar di tengah laut dan kemudian ditelan ikan raksasa.
Dalam kegelapan yang mencekam di perut ikan besar tersebut, Nabi Yunus bertaubat. Lisannya tak henti melafazhkan: Lailaha illa Anta subhanaKa inni kuntu minazh zhalimin.
Perhatikan, baik Nabi Adam ataupun Nabi Yunus sekedar bertaubat saja. Mereka memohon ampun kepada Allah dengan tulus, tanpa ada tuntutan apapun selain pengampunan Allah.
Nabi Adam tidak minta dikembalikan ke surga ataupun berjumpa dengan istrinya. Nabi Yunus tidak minta agar dikeluarkan dari perut ikan dan kemudian bisa kembali ke darat.
Dua nabiyallah tersebut hanya mengaku salah dan minta ampun. Namun keseriusan meminta ampun tersebut yang kemudian semakin meluaskan kasih sayang Allah. (Abrar Rifai)
1 thought on “Ampunan di Pertengahan Ramadhan”