Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Channel YouTube Saya Diserbu Emak-Emak

Tetiba Gurunda Ustadz Nur Asyur mengontak saya, saat saya sedang fokus pada mobil yang sedang digotak-gatuk.

“Mas Abrar, tolong gantikan saya sekarang mengisi pengajian ibu-ibu!” “Lho, kapan dimana?” “Kajian melalui zoom,” katanya. “Sekarang. Ibu-ibu sudah kumpul!”

Waduh, saya sebenarnya mau nolak. Tapi saya luluh ketika beliau menjelaskan, bahwa beliau tiba-tiba gak bisa ngisi pengajian karena harus segera bertolak ke Probolinggo. Ibu mertuanya meninggal dunia.

Baca Juga : HANYA PARA PENGECUT YANG TAKUT BERBEDA! 

“Oiya, baiklah Ustadz. Tapi saya ijin sepuluh menit, mau ke kamar mandi.” Karena sebenarnya kemarin pagi saya sudah niat gak mandi, sebab seharian haus di bengkel, utek-utek mobil yang belum juga kelar. Berkegiatan di bengkel, gak perlu mandi.

Tapi disuruh ngisi pengajian, jadinya harus mandi. Apalagi pesertanya adalah ibu-ibu. Walau melalui Zoom Meeting. Nah, sebenarnya bukan pengajiannya yang penting.

Sebab itu kajian biasa aja. Saya berbincang santai saja dengan mereka. Tapi ada yang lebih penting, seusai pengajian tersebut, subscriber YouTube saya langsung menjadi 3000.

Padahal sebelumnya masih 2947. Ini perlu saya utarakan. Luar biasa ini memang emak-emak. Itulah emak-emak, mereka punya kekuatan kasatuan dalam kebaikan. Sebaliknya pun pada keburukan, tak jarang kekuatan itu membuat banyak laki-laki tersungkur tak berdaya.

Lihat aja kata: Pelakor. Ini diksi yang diciptakan emak-emak, kemudian mereka juga yang membangun narasinya. Lambat laun pun banyak mempengaruhi para laki-laki. Seakan-akan perempuan yang menikah dengan lelaki bersuami itu adalah jahat. Kekuatan emak-emak.

Betapa seorang Khofifah Indar Parawansa tiga kali berturut-turut ikut bertanding pada ajang Pemilihan Gubernur Jawa Timur. Dua kali Khofifah gagal, tapi pada kali ke tiga beliau sukses mempecundangi Gus Ipul yang ketika itu diusung dua partai besar dan mayoritas kiai di Jawa Timur.

Kemenangan Khofifah tak lepas dari kesolidan emak-emak di Jatim. Para Bu Nyai, Ning-Ning, Muslimat, Fatayat nyaris semuanya kompak di belakang mantan Menteri Sosial tersebut. Itu jika emak-emak solid pada satu hal.

Tapi jika mereka bertikai pada satu hal, bisa juga memporak-porandakan benteng Kerajaan Majapahit. Semisal contoh ketika mereka saling berebut dominasi kepada lelaki yang sama-sama dicintainya. Dalam kasus perempuan dimadu.Tapi ketika dua, tiga atau empat perempuan dimadu tampak kompak, pun bisa membuat iri banyak orang.

Khofifah Indar Parawansa memang luar biasa. Suka tidak suka, kehebatan arek Suroboyo itu memang diakui kawan ataupun lawan politiknya. Terhitung sejak awal reformasi beliau tak henti jadi menteri dan kini gubernur Jawa Timur.

Pun, sebelum reformasi, ia juga sudah berulang kali menjadi anggota DPR-RI. Saya tidak pernah menulis atau mengkritik perempuan strong yang masih betah menjanda tersebut. Itu karena sejauh yang saya tahu, Khofifah menjabat berbagai jabatannya so far so good. Jadi memang tak perlu dikritik.

Lain halnya dengan Megawati dan Puan Maharani, putrinya. Dua perempuan trah Soekarno itu mudah jadi pemimpin. Megawati begitu mudahnya menjadi Ketua PDIP seumur hidup. Hingga pernah jadi Presiden. Begitu juga Puan Maharani, bisa menjadi anggota DPR, menjadi menteri dan kini Ketua DPR.

Tapi apakah Megawati dan Puan cakap dalam menjabat? Itu urusan lain! Nyatanya memang sebagaimana jamak diketahui, Megawati dan Puan, yaaah… begitulah. Payah! Maka kemudian dari sejak Megawati jadi presiden, ada banyak tulisan saya yang menyoal dan bahkan menyerang perempuan yang pernah punya suami orang Palembang itu.

Begitu juga Puan, saya juga mengkritiknya. Walau kritik saya padanya, tidak sebanyak kepada ibunya. Karena semakin ke sini, daya kritik saya kepada para pemimpin Negeri memang sudah jauh berkurang. Seperti baterai yang jarang dicas.

Jadi kalau saya menyerang Megawati, Puan Maharani, Irma Chaniago, ataupun perempuan lainnya, ini tidak ada kaitannya dengan gender. Hanya kebetulan saja mereka perempuan.

Perempuan harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berkiprah dalam ranah publik, memberikan kontribusi sebesar-besarnya kepada keluarga, masyarakat, Bangsa dan Negara.

Tapi ketika mereka menyimpang, harus diingatkan, dikritik dan bahkan diserang, sebagaimana yang kita lakukan kepada para lelaki yang menyimpang.

Kembali kepada ibu-ibu yang menjadi peserta pengajian yang kemarin saya isi. Terima kasih banyak, telah kompak subscribe channel YouTube saya. Sila ditengok, di-like dan share. Matur nuwun. (Abrar Rifai)

https://www.youtube.com/channel/UCdOCqpAP4sCPLq4rAqYBUaA

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: