Sebelum Telingamu Tuli

Adzan Zhuhur untuk Malang dan yang sekawasan, berkumandang dari menara pengeras suara semua surau dan masjid.

Segera jawab panggilan ini. Yang berkesempatan ke masjid, mushalla, langgar, surau, lakukanlah. Yang tetap bertahan di rumah, pun tak masalah. Yang mungkin sudah berada di kantor, ambillah jeda.

Yang di jalan, di sawah, di ladang, di laut dan mungkin juga di hutan, menepilah. Sungguh ini adalah seindah-indah panggilan yang harus kita indahkan. Sementara panggilan lain mungkin saja kita abaikan.

Ada banyak mata yang berurai dumu’ saat pembatalan haji tahun ini diumumkan. Mereka yang sudah buncah rindunya kepada Baitullah. Pun, kerinduan untuk mengunjungi Rasulullah di Madinah.

Terlepas apa yang melatari pembatalan haji tersebut. Yang pasti, itu sanggup mencambuk kecewa pada ribuan orang Indonesia.

Baca Juga : Sejatinya Cinta

Maka, saat adzan masih demikian lantang kita dengar. Nyaring panggilannya masih jelas di telinga, bersegeralah menyambut seruan tersebut. Sebab kita tak tahu apa yang akan terjadi esok hari.

Adzan dihalangi, itu bukan tidak mungkin ketika kelamin rezim ini tak jua bisa dijelaskan. Atau mungkin saat kedatangan ke masjid menjadi momok seperti sekarang. Tersebab Corona yang konon mengawasi dimana-mana.

Turki dulu adalah pusat kekhalifahan Islam. Namun ketika situasi politik tidak berpihak pada Islam, maka kemudian adzan menjadi seruan yang pernah dilarang sekian lama.

Dunia bersyukur, karena Erdogan datang memimpin Turki. Erdogan mengembalikan adzan beserta semua syiar Islam yang menjadi ciri Turki di masa kejayaannya dulu.

Di Indonesia, mungkin saja adzan tidak akan pernah dilarang. Tapi kita tak pernah tahu keadaan telinga kita esok hari. Adakah keduanya masih bisa mendengar, ataukah tuli tetiba menyergapnya.

Maka, selagi keadaan adzan masih baik-baik saja, keadaan telinga pun tak ada satu masalah apapun, bangkitlah. Sebab sebaik-baik shalat adalah di awal waktunya. (Abrar Rifai)