
050105-N-5376G-019..(Jan. 05 2005, 1600L) Island of Sumatra. Helicopters from the USS Abraham Lincoln (CVN 72) unload suppllies for people in a small town affected by the Tsunami which occured over a week ago. Children rush to greet the Aircrewmen as they unload supplies including water and food. U.S. Navy Photo byt Photographers Mate Third Class Benjamin D. Glass
Oleh: Fahima Indrawati
Shalih, cerdas, dan sejahtera. Tiga kata kunci yang dicitakan dalam pemikiran bapak Anis Matta, ketua umum Partai Gelora Indonesia.
Shalih, dalam konteks beragama. Keshalihan dalam beragama akan berbanding lurus dengan cinta dalam bentuk pengabdian kepada bangsanya.
Sebagaimana kita baca dalam sejarah, bahwa latar belakang masuknya berbagai agama ke Indonesia bukan melalui power, apalagi pertumpahan darah, namun atas dasar kearifan dan kesadaran nurani para leluhur kita, bahwa agama adalah kebutuhan dasar setiap manusia.
Inilah yang mendasari bahwa tidak tepat menyandingkan agama dengan negara bagai kutub yang berlawanan. Tidak tepat juga memisahkan antara urusan negara dengan agama. Justru agamalah yang mendasari para founding father bangsa ini hingga melahirkan Pancasila.
Beragama adalah kebebasan setiap individu yang harus dihormati, selama masih dalam koridor konstitusi. Maka beragama dengan benar sesuai keyakinannya, akan menjadi dasar seseorang untuk berpengetahuan.
Ilmu adalah alat agar seseorang mempunyai seperangkat pengetahuan, skill, dan kecerdasan. Menggali seluas ilmu dalam kreatifitas berfikir hingga menghasilkan inovasi baru adalah tuntutan dalam beragama, dan menjadi kunci derajat seseorang. Maka jika seorang yang beragama, semesti juga menguatkan ilmu dan kecerdasan, karena di sanalah akan menjadi sumber energi dalam membangun kesejahteraan.
Baca Juga : Sukarelawan Pengurusan Jenazah Covid
Sejahtera adalah manifestasi dari efektifitas dalam berfikir dan cerdas dalam bertindak, yang tentu dilandasi kekuatan agama. Tiga faktor inilah yang menjadi dasar pembentukan karakter individu dan bangsa.
Profil manusia Indonesia ke depan, setidaknya meliputi tiga karakter di atas. Shalih dan baik dalam beragama, cerdas dalam berfikir dan efektif dalam berkreatifitas, yang akan melahirkan kesejahteraan, dalam skala individu dan bangsa. Dan kita, bangsa Indonesia memiliki semua potensi sumber daya ini untuk melakukan lompatan bersama, dalam kolaborasi besar bernama Indonesia.
Maka menjadi tugas seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama berkontribusi dalam membangun karakter manusia Indonesia, yang memiliki pola pikir dan fitur manusia Indonesia yang siap mengarungi arus disrupsi yang penuh tantangan dan ketidakpastian kini.
Kontribusi riil yang bisa kita sumbangkan untuk negeri tercinta bisa dalam bentuk beragam, sesuai potensi kapasitas dan kreatifitas kita. Intinya adalah tentang menjadi bagian dari kemanfaatan dan problem solving di ranah kita masing-masing. Bukan sebaliknya.
Maka mengartikulasikan makna kemerdekaan adalah dengan aktif terlibat dalam menyatukan sinergi potensi diri bersama dalam kolaborasi membawa Indonesia menjadi kekuatan utama dunia.
Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke 75
Jayalah bangsaku
Bangkit dan majulah negeriku.
Terkait
No Other Land: Dari Ditolak hingga ke Panggung Oscar
Menemukan Keseimbangan Lewat Digital Detox
Hewan Bukan Aksesori Belaka!