Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

HANYA AKAN SENDIRI

“Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian!” Kita semua akan meninggalkan dunia yang memang fana ini. Kita semua akan berpisah dengan semua orang-orang terkasih.

Anak, istri, teman dan sahabat hanya bisa melepas kepergian kita dengan sedih. Kita tak akan diperkenankan membawa sepeserpun uang simpanan yang kita tumpuk di berbagai bank. Rumah megah yang kita bangun dengan segala kebanggannya, sudah tak bisa kita huni lagi. Karena tempat tinggal kita sudah bertukar liang lahat.

Mobil mewah yang kita beli ratusan juta, selanjutnya akan terus melaju di jalanan negeri ini tanpa kita sertai lagi. Yang pasti, dua makhluk utusan Tuhan, Munkar dan Nakir akan segera menemui kita, sesaat setelah urukan tanah sempurna menimbun tubuh kita.

Semua yang halal boleh kita lakukan di dunia ini. Karena yang halal asal disertai niat yang tulus, maka akan bernilai ibadah dan memperoleh ganjaran bajik di sisi Allah kelak. Sebaliknya, halal yang dilampaui oleh nafsu dan syahwat yang menggebu, dipastikan hanya akan mengantarkan pada kecelakaan untuk pelakunya kelak.

Silakan Anda bekerja yang halal untuk memiliki kekayaan. Namun jangan sampai melalaikan diri terhadap semua kewajiban. Waktunya shalat, ya shalat. Jangan sikut kanan, sikut kiri hingga menjatuhkan orang lain. Karena bagaimanapun orang lain juga punya hak yang sama dengan kita untuk hidup.

Mengejar kedudukan apa saja di dunia ini, silakan saja. Karena yang tidak diperkenankan adalah kalau Anda berkeinginan menjadi Tuhan atau Nabi. Selain itu, silakan saja. Mau jadi wali, boleh. Waliyullah seperti Sunan Ampel atau Syekh Abdul Qadir Al-Jilani bisa dilakukan dengan riyadhah dan kesungguhan. Tentu dengan perkenan dari Allah. Namun, kalau tidak bisa, Anda masih berkesempatan untuk jadi wali murid, wali nikah dan wali kota.

Mau jadi presiden, boleh. Jadi bupati, boleh, mau jadi anggota dewan, sangat boleh. Jadi hakim, jaksa, pengacara, komisioner KPK, polisi, tentara, camat, lurah, RT, RW, kepala desa dan lain sebagainya, semuanya boleh! Jadi kyai, penceramah, ustadz atau presenter tivi, bisa juga. Mau jadi pengusaha atau cukup puas jadi karyawan saja, boleh-boleh saja. Tapi ingat, semua cara yang ditempuh tetap harus yang halal saja. Tidak boleh menghalalkan semua cara!

Sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah ladang tempat kita bercocok tanam. Kita akan menuai semua yang kita tanam, kelak di Akherat.

Siapa yang menanam padi, padi jugalah yang kelak yang akan dipanen. Siapa yang menanam pohon sengon, maka pohon itulah kelak yang akan ditebang. Siapa yang menanam mangga, buah itulah yang kelak akan diunduh.

Namun siapa yang suka menanam rumput, apalagi kalau rumputnya kemudian di-iming-iming kepada tetangganya, hingga tampak lebih hijau, yang pasti rumput tersebutlah yang kelak akan dibabat. Dan sesiapa yang suka menabur duri di jalan, pastikanlah bahwa duri tersebut akan diinjaknya sendiri!

Yang menarik, walau kematian itu pasti. Kiamat juga pasti. Rasulullah Muhammad saw tetap menyuruh menanam biji kurma yang kita pegang, walau besok pagi kiamat akan terjadi, atau mungkin besok pagi kita akan mati. Agama ini agama karya. Agama ini agama kerja, investasi dan berprestasi.

Tapi ingat, jangan berbuat sebaliknya, sudah tua, sakit-sakitan atu mungkin sudah divonis dokter, namun terus melakukan dosa. Terus menguliti keburukan orang. Terus saja melakukan reduksi terhadap keagungan Islam. Atau mungkin masih ada yang tetap tak lelah menyebar fitnah keman-mana, hanya untuk melayani berbagai pesanan. Pesanan orang-orang yang membayar. Pesanan orang-orang yang disayangi dan dicintai.

Padahal, semua orang sebenarnya sadar, bahwa orang mati hanya akan menghadap Allah sendirian saja. Tidak disertai oleh siapapun. Tidak orang yang dicinta, tidak juga orang yang dibenci. Bukan anak yang menyertai, bukan pula orang tua. Bukan juga mereka yang dulu memuja-muja kita. Tapi kita akan sendirian saja. Iya, sendirian saja! “Dan sesungguhnya kau (akan) datang kepada Kami, sendiri-sendiri, sebagaimana Kami menciptakanmu dulu. Dan kau akan meninggalkan di belakangmu semua yang telah Kami karuniakan kepadamu.” [Al-An’an: 94]. (Abrar Rifai).

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: