 
                Oleh: Prof Ersis Warmansyah Abbas
SUATU ketika seseorang meminta saya membaca karya novelnya untuk disiangi. Pada kesempatan lain, diminta menelaah, memberi pengantar, komentar, atau apalah istilahnya.
Tentu, saya tolak. Tetapi, tetap saja ada yang meminta. Sampai hari ini tetap saja ada permintaan seperti itu. Bisa jadi, karena yang meminta kurang membaca he he. Bukankah banyak penulis novel yang bisa diminta tolong. Hanya saja, saya harus “bertanggung jawab”.
Bertanggung jawab?
Ya, iyalah. Apa hal?
Sekalipun bukanlah motivator hebat, saya memotivasi banyak orang untuk menulis. Menulis apa saja. Lagi pula, sejak era blog, setiap hari, satu atau dua tulisan saya, pernah lebih banyak, dipublis. Tidak sedikit yang sharing menulis. Terlebih sejak diundang ke berbagai kampus, sekolah, pesantren atau komunitas menulis.
So sangat banyak permintaan. Ketika menulis tulisan ini seseorang mengirim tulisan melalui WA: “Prof. berikut saya kirimkan artikel. Mohon dibantu Prof. agar bisa dimuat jurnal terindeks Scopus”. Artinya, bukan perihal novel saja diminta tolong. Saya tahu diri bukan penulis kelas hebat. Solusinya? Kalau tidak sanggup meminta tolong teman.
Yang pasti, saya harus memutus ketidakbisaan memberi komentar atau memeriksakan novel yang penulisnya saya motivasi menulis. Caranya? Satu-satunya cara, ya menulis novel. Saya eksekusi tahun 2000. Saya targetkan menulis dalam sebulan. Selesai?
Ya, iyalah. Setiap hari satu bagian. Novel 250 halaman tersebut dibagi dalam 24 bagian yang ditulis setiap hari. Kalaulah ada kendala, masih tersisa 6 hari untuk menggantikan. Hanya saja, saya berusaha menyelesaikan dalam 24 hari. Tambahan pula, ketika itu meminta Syamsuwal Qamar dan Suciati, menyelesaikan bukunya masing-masing di kamar kerja saya.
Mereka sharing menulis. Saya paksa menulis setiap hari dan saya menulis novel ASAP di depan mereka yang kemudian diterbitkan penerbit Wahana Jaya Abadi, Bandung, 2002. Saya menulis beberapa novel yang belum diterbitkan.
Kenal penulis Abrar Rifai yang kini berasyikmasyuk dengan laman http://orangramai.id ? Novel terkenalnya Laila, hasil paksaan saya kepada Abrar menulis setiap hari. Menulis novel dalam sebulan harus selesai. Waktu itu Abrar bukanlah penulis hebat seperti sekarang. Akibatnya, saya yang menanggung. Maksudnya?
Begitu email Abrar masuk, saya membaca tulisannya. Mengedit. Memenarikkan alur cerita. Ada kalanya ditambahi dengan muatan nilai-nilai. Pokoknya dalam satu atau paling lama dua jam, saya kirim kembali ke Abrar. Setelah itu Abrar mempublis di blognya. Begitu setiap hari sampai novel tersebut selesai.
Lalu, saya setting, di-layout dan dummy-nya dikirim ke Abrar. Soal mencetaknya urusan Abrar.
 Begitulah. Saya menanamkan etika kepada sesiapa yang sharing menulis. “Kalian jangan pernah mengkritik, menghina, tulisan seseorang”. Apalagi “membunuh tulisan seseorang, kalau perlu penulisnya sekalian”. 
Never.
Usungan saya, memperbaiki tulisan. Kalau ada yang kurang ditambahi, kalau ada yang lebih dikurangi, kalau ada yang salah diperbaiki. Kenapa?
Bagaimanapun saya peneliti, melakukan berbagai penelitian. Berdiskusi dengan mereka yang sharing menulis, tidak sedikit yang keder karena kreativitas mereka ”dibunuh” oleh pehebat menulis. Apakah berlabel kritikus atau apa, terserah.
Saya mengambil posisi, setiap tulisan pantas dihargai. Kalau sempat, beri semangat dengan “memperbaiki”, bukan memaki. 
 Bagi saya, semisal kehebatan Abrar menulis, manakala saya membaca tulisan Abrar, sungguh tersenang. 
Terlepas, Abrar berguru kepada saya “tidak tuntas” he he. Sharing menulis bermakna saling mengispirasi menulis, bukan berdiskusi tentang menulis.
Saya jamin, tidak akan pernah “membunuh tulisan seseorang, apalagi penulisnya” atas nama kritik. Bagi saya, membantu mengembangkan potensi menulis sesorang jauh lebih utama dibanding berlagak gagah sebagai “pembantai”. Itulah makna sharing menulis yang saya dengungkan.
Kalau Sampeyan tidak mampu menulis sesuatu jangan pernah berlagak menghakimi tulisan seseorang tentang sesuatu. Salam menulis.
Bagaimana menurut Sampeyan?


 
                                         
                                         
                                         
                                        
Terkait
Rasanya Semua Orang Sudah Tahu Tujuannya
Growth Mindset: Kunci Sukses di Dunia Kerja
Self-Sabotage: Musuh Dalam Diri Sendiri