Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Menyambangi Anak

Nyambangi anak lanang di Ampel, tampak kurus. Sepertinya berat badannya turun banyak.

“Tinggal berapa uangmu, Qi?” tanya saya.

“Paling gak sampek dua puluh ribu,” jawabnya.

“Iya wes ini, untuk tiga minggu.” Saya menyerahkan uang enam ratus ribu.

“Iya Bi, terima kasih…” ujarnya lirih.

Untuk memberi lebih dari enam ratus ribu, sebenarnya saya bisa. Mungkin 800 ribu atau satu juta.

Tapi saya sengaja. Sebab saya sendiri dulu, selama belajar di Ampel, benar-benar gak punya uang. Nyaris gak pernah makan. Setiap hari puasa, dan hanya berbuka air Ampel di depan makam itu.

Saya ingin, walau tidak semenderita bapaknya, Rifqi juga tirakatlah yang ringan-ringan.

Sebelum saya pamit, saya tanya dia, “Qi, kamu kok kurus?”

“Gak kurus gimana, wong sering puasa. Buka juga, wes begitu itu…” jawabnya.

“Lho, kenapa kok waktu buka gak makan banyak?”

“Lha mau makan banyak gimana, wong abi ngasih uang cuma segini.”

Saya tersenyum. Tepatnya senyum yang saya paksa. Karena jujur, saat dia ngomong begitu. Kayak gak tega rasanya.

Degup dada saya sudah gak biasa. Antara sedih, senang dan, daaaan…

Rifqi yang sebenarnya ketika di rumah makannya tiga kali lebih banyak daripada bapaknya, akhirnya kini pun iso rodok tirakat titik-titik.

Ya Rabb, berikan ilmu yang bermanfaat pada Rifqi.

(Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: