Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Cinta Membawa Kembali

yakub dan yusuf by orangramai

source : Google

Ketika saudara-saudara Nabiyullah Yusuf AS datang kepadanya di Mesir, Yusuf segera bisa mengenali mereka. Sedang mereka sama sekali tidak mengenal Yusuf. Mungkin karena jarak waktu yang sudah demikian lama, ditambah juga, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa saudara yang dulu mereka ceburkan ke dalam sumur akhirnya malah menjadi raja.

Yusuf menjamu mereka. Setelah itu, Yusuf memberikan logistik yang mereka inginkan, untuk dibawa pulang. Namun, sebelum itu Yusuf menanyai mereka; asal mereka, orang tua dan keluarga mereka. Maka mereka pun bercerita, bahwa mereka sebenarnya dua belas bersaudara. Tapi yang seorang sudah meninggal, sedang seorang lagi tidak diijinkan ayah mereka untuk ikut serta.

Berikutnya Yusuf berkata, bahwa kalau mereka datang kembali, mereka harus membawa saudara mereka. Kalau tidak, Yusuf mengancam tidak akan memberikan logistik yang mereka inginkan.

Sesampainya mereka di Kan,an, mereka segera menghadap Ya’qub, ayah mereka. “Fa arsil ma’ana akhana naktal, wainna lahu lahafizhun = Biarkanlah saudara (adik) kami pergi bersama kami, sungguh kami akan menjaganya dengan baik ”

Namun Yabiyullah Ya’qub alaihissalam tidak mengijinkan Bunyamin untuk mereka bahwa. “Hal amanukum alaihi, illa kama amintukum ala akhihi min qablu = Apakah aku akan mempercayakannya kepada kalian, sebagaimana dulu aku percaya, saat kalian membawa Yusuf?”

Tapi, setelah melalui dialog panjang dan mereka berjanji untuk benar-benar tidak menelantarkan Bunyamin, maka atas jaminan dari Allah, akhirnya Ya’qub pun luluh.

Baca Juga : Pelajaran Bermakna Dari Manusia Sederhana

Pergilah Bunyamin bersama sepuluh saudaranya (sebapak) ke Mesir. Bunyamin tak sedikitpun terbetik di benaknya bahwa di Mesir nanti ia akan menemui saudaranya (seayah-seibu), Yusuf.

Sesampainya mereka di Mesir, Yusuf sungguh gembira bisa bertemu Bunyamin. Yusuf ingin bersama adiknya lebih lama lagi. Ia pun ingin berjumpa dengan ayah dan seluruh keluarganya.

Maka kembali Yusuf mencari cara agar ayahnya bisa datang ke Mesir. Ditetapkanlah Bunyamin seakan-akan pelaku pencurian. Bunyamin harus dipenjara!

Ketika saudara-saudaranya tahu, mereka berebut mengajukan diri untuk menggantikan posisi Bunyamin di penjara. Mereka tidak mau lagi mengecewakan ayah mereka. “Tolongkah, Tuan, ayah kami sudah tua. Ia sangat menyayangi adik kami, tolong lepaskan adik kami. Dan penjarakanlah salah seorang di antara kami sebagai gantinya. Kami tahu, Anda adalah raja yang bijaksana”

Namun, Yusuf bersikeras, tak akan menghukum selain orang yang bersalah. “Tidak. Saya tidak akan menghukum selain pelaku kejahatan. Justru zhalim saya, kalau menghukum orang yang tidak bersalah!”

Mereka terus memelas. Berupaya sebisa mungkin untuk mempengaruhi Yusuf. Yusuf bergeming. Hingga akhirnya yang tertua dari mereka berkata, “Sudah, gak apa-apa. Bukankah, ayah kita sudah dapat jaminan dari Allah?”
“Jadi kenapa kita harus khawatir. Pulanglah kalian, kasih tahu ayah, bahwa Bunyamin, anak kesayangannya terbukti mencuri. Biarkan aku tetap di sini, menungguinya.”

Ketika mereka tiba di hadapan Ya’qub. Bertambahlah derita Ya’qub, sudah ditinggal Yusuf, dan kini pun harus berpisah dari Bunyamim. Dari hari ke hari derita itu makin menjadi. Air mata nyaris tak henti mengaliri pipinya, hingga akhirnya penglihatan Ya’qub terganggu.

Namun di tengah kesedihan yang menyelimutinya, Ya’qub tidak berputus harap kepada Allah. Maka ia pun memerintahkan anak-anaknya untuk kembali ke Mesir, mencari kabar akan keberadaan Bunyamin dan Yusuf.

Ketika mereka menghadap Raja, terjadilah komukasi panjang. Mereka menyampaikan penderitaan keluarganya kepada Yusuf. Hingga akhirnya Yusuf pun berkata, “Tak ingatkah kalian, bagaimana kalian dulu begitu jahat pada Yusuf dan Bunyamin?”

Seketika itu mereka pun tersadar, bahwa raja yang selama ini mereka temui ternyata adalah saudara mereka sendiri. “Bukankah engkau adalah Yusuf?”
“Iya, aku Yusuf! Dan ini adalah adikku, Bunyamin. Allah telah memberikan kurniaNya, karena kami bersabar dan bertawakkal atas semua cobaan selama ini.”

Haru dan malu berbalut gembira menyelimuti saudara-saudara Yusuf. Yusuf pun akhirnya lega, karena sudah menunjukkan jati dirinya kepada saudara-saudaranya. “Sekarang, mohon segera pulang. Bawa bajuku ini, tempelkan di wajah Ayah.”

Mereka pun bergegas pulang. Sesampainya di Kan’an, belum lagi masuk rumah, Nabi Ya’qub sudah berdiri menyambut, “Aku mencium bau badan Yusuf!” Seketika itu penglihatannya pulih.

Cinta. Iya, cintalah yang menyebabkan penglihatannya pulih. Sebagaimana penyebab kaburnya dulu pun karena cinta. Cinta pula yang terus membuat Ya’qub tak berhenti berdoa untuk anak-anaknya, hingga Allah jawab segala pintanya dengan keindahan. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: