Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Bukan Karena Malu

Apapun itu, kita tetap harus mengapresiasi keputusan Pak Ari Kuncoro yang memilih mundur dari jabatannya sebagai komisaris BRI.

Walau sebagian kita tetap menyoal, harusnya mundur dari jabatan sebagai Rektor UI. Sebab peraturan yang dilanggar adalah statuta Rektor UI, bukan komisaris BRI.

Tapi, Ari Kuncoro tentu berhitung, sebagai komisaris tidak ada yang bisa dilakukannya, selain sesekali rapat dan menerima gaji besar tiap bulan.

Baca Juga : Sabar Pak Rektor

Sementara sebagai rektor di Universitas Indonesia, itu sangat prestisius. Jamak juga kita ketahui bahwa hadiah jabatan komisaris itu juga tak lepas karena jabatannya sebagai Rektor UI.

Sebab sebagai rektor, selama ini Ari Kuncoro dikenal rajin menabung. Maka dapatlah jabatan komisaris. Begitu becandaan Mas Erwin D. Nugroho dalam rangkaian komentar di status FB-nya.

Siapa tahu dengan mundur jadi komisaris, tetap jadi rektor, beliau terus lanjut menabung. Sehingga kelak bisa dapat hadiah menteri.

Ada yang mengapresiasi, ada yang tetap nyinyir dengan keputusan Pak Ari Kuncoro. Itu wajar, sebab begitulah dunia netizen. Hanya saja, Rektor UI tidak punya buzzer sebagaimana sang pengubah statuta.

Sehingga karenanya, ketika serangan bertubi-tubi datang kepadanya, ia tidak mampu menangkal. Maka, tak heran kalau netizen benar-benar menjadikan Ari Kuncoro babak belur.

Beda dengan sang pengubah statuta, sebesar apapun gelombang perundungan yang menghantam dirinya, bisa ia tangkis dengan baik. Tentu dengan pengerahan buzzer dari berbagai penjuru.

Jadi sebenarnya Pak Ari Kuncoro mundur itu bukan karena tidak kuat menanggung malu, sebagaimana kekuatan menanggung malu sang pengubah statuta.

Tapi karena Rektor UI tidak punya pasukan buzzer sebagaimana yang dimiliki sang pengubah statuta. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: