Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Belajar Kegigihan Pada Syaikh Ali Ash-Shabuni

Syaikh Ali Ash-Shabuni by orangramai

Sebagai pembelajar menulis, ada banyak saran dari para penulis kepada saya, agar jangan berhenti nulis sebelum tulisan selesai utuh menjadi naskah. “Jangan berhenti, Dik sebelum selesai. Biar tidak hilang idenya,” kata Mbak Helvy Tiana Rosa suatu hari.

Pun Prof Ersis Warmansyah Abbas berujar, ”Lanjut Brar, sikat terus! Pasti jadi buku!”

Saya pun manut guru-guru saya. Memang begitulah semestinya, sebab ketika menulis berjeda, sangat berpotensi satu tulisan tak akan tuntas. Sebab ide bisa segera menguap dan ide-ide baru berdatangan.

Akhirnya yang terjadi, ide kita hanya akan berlalu begitu saja. Atau tulisan kita hanya akan berhenti pada permukaan ide, yang tidak berwujud pada satu karya.

Tapi pagi ini, saya mendengar satu kesaksian dari Anas Ash-Shabuni, putra Syaikh Ali Ash-Shabuni, bahwa ayah beliau mempunyai satu kebiasaan yang mengherankan. Yaitu, suka memulai menulis satu kitab baru sebelum kita sebelumnya tuntas ditulis.

Sebagaimana kita tahu, bahwa Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni adalah satu di antara ulama kontemporer yang produktif. Banyak karyanya yang menjadi rujukan dan menjadi kitab panduan di di berbagai perguruan tinggi.

Anas pun bertanya pada ayahnya terkait kebiasaannya yang selalu menulis kitab baru sebelum kitab sebelumnya selesai ditulis.

”Aku berharap agar Allah tidak mencabut amanah itu sebelum aku menuntaskannya,” jawab Syaikh Ash-Shabuni.

Jadi beliau membiarkan sementara satu kitab, dua atau beberapa kita tidak dilanjutkan penulisanya, tapi tetap berazam untuk menuntaskannya.

Sembari terus berharap pada Allah untuk dipanjangkan umur, agar bisa menyelesaikan penulisan kitab-kitab tersebut.

Baca Juga : Duhai Diri

Sebagaimana kita ketahui, Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni baru meninggal satu bulan yang lalu, dalam usia yang sudah tua. Beliau pun berhasil menuntaskan penulisan semua kitab yang sebelumnya beliau jeda.

Niat yang benar, tulus untuk berkhidmat pada ummat dan membagi ilmu yang Allah beri, itu adalah pondasi awal.

Wujudkan niat-niat tersebut dalam amal nyata. Lakukan. Sebab niat yang tak mewujud dalam aksi nyata, hanya seperti pemimpi yang tidak pernah bangun dari tidurnya.

Setelah itu, kuatkan azam untuk menuntaskan semua aksi, hingga tuntas. Kuatkan juga keyakinan bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan amal shaleh kita.

Maka, sekali lagi saya katakan bahwa, ”Anniyah ra`sul a’mal, wal ikhlas ruhuha = niat adalah penopang utama semua perbuatan, dan ketulusan adalah nyawanya!” (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: