Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Kawan

Berkawanlah terlepas kepentingan apapun. Berkawan karena kesamaan partai, bagus aja. Berteman karena kesamaan organisasi OK juga. Bersahabat karena kesamaan kesukaan, silakan aja.

Tapi berkawan karena perkawanan itu sendiri, sesungguhnya adalah sebenarnya perkawanan.

Sehingga karenanya, kita bisa saja bersahabat, walau beda sikap politik. Kita bisa berteman, walau tak sama organisasi. Bahkan berlainan agama sekalipun, tak bisa menyekat suatu perkawanan.

Baca Juga : Memupuk Keberanian

Berteman tanpa basa-basi. Bersahabat tidak sekedar gincu. Berkawan tidak pura-pura. Jangan seperti apa yang disebut Mihyad Ad-Dailami “Alsinah rutob, bathoinuhunna akbadun showadi = mulut manis, tapi hatinya berlumur kebusukan.”

Universalitas Islam itu menyingkirkan segenap sekat apapun yang berlatar suku, bangsa dan agama. Apalagi sekedar partai dan organisasi!

Mengelompokkan manusia pada ikhwah dan ammah, adalah sikap primitif yang tak patut dianut oleh manusia modern.

Apalagi kemudian membaguskan ikhwah, memburukkan ammah. Baru mau berkawan setelah orang berhasil di-ikhwah-kan. Koplak!

Rahmah lil alamin itu adalah kita welas asih kepada segenap manusia. Tanpa harus dituntut manusia tersebut menjadi Islam dulu.

Di YouTube, saya menyaksikan Pak Ambo bisa bersahabat mesra dengan seekor buaya yang diberinya nama Riska.

Perhatikan, bagaimana buaya yang ganas sekalipun, bisa bersikap lembut kepada Pak Ambo, tersebab Pak Ambo memperlakukannya dengan welas.

Apalagi, buaya-buaya semodel Bro Andik Sugio Basoeki , Bang JekMan , Bang Fitrah Amz , Bang Agung Purwono dll, mereka ini buaya-buaya sholihin yang sangat bisa bersahabat dengan orang yang ganas model saya.

Merokok dan tidak merokok, ini juga bentuk pemilihan kawan meniru perseteruan anjing dan kucing. Padahal anjing dan kucing sekalipun, pernah saya tengok makan bersama di bawah rumah panggung di kampung saya.

“Innamal mukminuna ikhwah…” ini konteksnya persaudaraan iman, lebih kepada bagian dari konsep teologi yang diyakini kebadiannya hingga hari kebangkitan kelak.

Tapi kehidupan di dunia, perbedaan iman jangan pernah menyekat perkawanan. Sebab kalau itu yang terjadi, saat kita berada di Tumohon, kita tak akan punya kawan.

Apalagi kalau ada Wuhan atau Bombay!

Para sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang sempat tinggal di Ethiopia, adalah di antara pendahulu ummat ini yang sempat hidup di tengah orang-orang bukan Islam.

Persoalan keimanan dan peribadatan, tak boleh bercampur aduk antara berbagai pemeluk agama. Tapi tetap boleh bergaul dan berkawan antar orang-orang berlainan agama.

Berbagai perbedaan yang membalut kehidupan manusia, adalah bentuk sunaatullah, yang akan selalu ada hingga kiamat nanti.

Karena kopi itu adalah perpaduan bubuk kopi, gula dan boleh juga dicampur susu, jahe dan karamel. 🙂
(Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: