Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Orang Ramai Membangkitkan Gairah dalam Menulis

Orang Ramai Membangkitkan Gairah dalam Menulis by orangramai

Oleh: Fahima Indrawati

Sudah banyak komunitas kepenulisan yang kita ikuti. Banyak pula buku juga yang kita baca, meski sering tidak tuntas, yang memotivasi kita untuk bisa menulis. Sudah tiada berhitung tekad agar kita bisa menulis.

Namun apa daya. Semuanya mentok. Tak jua tulisan itu berbentuk dalam rangkaian makna, apalagi narasi. Seakan pikiran tumpul begitu jemari memencet huruf demi huruf.

Tidak ada tulisan yang selesai. Mentah dan mengambang. Padahal di pikiran begitu membuncah keinginan untuk dituangkan dalam tulisan.

Bersyukur ada media Orang Ramai ID yang memberi kesempatan untuk terus bersemangat menulis. Media ini menghadirkan para suhu dalam kepenulisan. Dari sekian pertemuan zoom dengan tokoh, meski tidak semuanya saya ikuti. Namun, bincang kepenulisan tersebut cukup memotivasi saya untuk berani menulis.

Pemantik pertama saat temu zoom bersama Prof. EWA. Beliau guru besar di Universitas Lambung Mangkurat, Kalsel. Dari beliau saya mengambil pelajaran bahwa menulis tidak perlu takut.

Menulis ya menulis saja. Tulis saja apapun yang ada dalam pikiran. Menulis tidak perlu motivasi, justru motivasi itu muncul karena kita menulis.

Seakan mudah ya? Namun bagi pemula mungkin ini tantangan besar. Jadi, menulis saja. Apapun temanya, ditulis saja.

Kesempatan berikutnya saat temu zoom bersama Ustadz Anis Matta, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia. Saya tidak sedang membahas partainya, namun tentang bagaimana beliau membangun kekuatan karakter diri sehingga tulisannya teramat kuat, terstruktur dan mempunyai ciri khas, unik.

Keunikan itu berangkat dari kekuatan jiwa. Saat menulis dengan menyertakan jiwa yang menyala, akan melahirkan gaya tulisan yang kuat, dalam, dan berkarakter.

Saya jadi teringat dengan kisah para ulama salaf. Bagaimana mereka menghasilkan karya-karya besar yang bisa dinikmati hingga kini dan nanti, salah satunya karena kekuatan jiwa mereka.

Baca Juga : Demokratisasi Penerbitan Naskah

Misalnya Imam Nawawi yang menghasilkan karya besar dan abadi seperti Al Wafi yang merupakan syarah Hadits Arbain An Nawawiyah. Ternyata, setiap beliau akan menuliskan karyanya selalu diawali dengan shalat sunnah dua rakaat. Inilah sumber kekuatan juwa itu.

Keunikan akan melekat dalam karya tulisan kita. Lakukan mapping tema yang akan dijadikan tulisan. Jika ingin menulis satu tema, maka kuasai dulu buku-buku dengan tema serupa.

Ini penting agar kita jangan menulis dengan gaya yang sama dengan yang ditulis oleh orang lain. Poin inilah yang ditegaskan oleh Anis Matta saat mendapat taujih tips menulis dari Syeikh Yusuf Qardhawi.

Tulislah dan masuklah ke satu tema, meski orang lain telah begitu banyak menulisnya. Namun buatlah gaya tulisan dengan ciri kita sendiri. Dengan bahasa kita sendiri.

Inilah keunikan yang kita citrakan sendiri. Inilah kekuatan jiwa, dan inilah peluang sekaligus tantangannya.

Sesi berikutnya saat mengikuti temu Zoom bersama KH. Azaim yang teduh dalam bertutur. Beliau menjelaskan tentang pentingnya niat. Seberapa bersih dan benar niat dalam menulis, akan membentuk karakter tulisan.

Menulislah dengan niat untuk berkontribusi, memberi pencerahan, memberi manfaat, dan energi positif. Jika itu yang dilakukan, maka kita telah meninggalkan jejak warisan kebaikan.

Sayangnya, saat temu zoom bersama Manini Pipiet Senja, saya tidak bisa bergabung. Padahal, beliau adalah inspirasi saya. Saya mengoleksi beberapa karya beliau. Semoga kelak Allah izinkan untuk bersua.

Dan kini, saatnya menjemput kemauan dan keberanian kita. Apalah guna banyak pakar memberikan motivasi, jika jemari tetap ngadat, ya akan mubadzir ilmu yang telah diserap karena tak kunjung menulis.

Kini, saatnya beraksi menggerakkan jari di atas huruf-huruf di keypad laptop atau ponsel yang kita punya.

Saatnya menulis!

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: