Keajaiban itu bernama kehidupan. Karenanya, kita bisa hidup di bawah langit yang sama dan melata di atas tanah yang sama.
Kita juga dipertemukan dengan orang-orang tertentu di tengah lautan manusia yang begitu luas. Orang jahat yang sedang mencabik-cabik tubuh dan rasa kita atau orang baik yang sentiasa mengelus dengan kasih.
Semua adalah bagian dari kehidupan. Sebab kalau kita sudah mati, semua itu tidak lagi akan kita alami. Pada kematian, tidak ada lagi faktor eksternal yang kita anggap baik atau jahat.
Sebab pada Kematian, semua yang kita alami adalah akibat dari perbuatan kita selama di dunia. Maka kemudian disebut bahwa: Addunya mazra’atul akhirah = dunia adalah tempat menanam yang hasilnya akan kita panen kelak di akhirat.
Memafkan memang mudah dinasehatkan. Termasuk kesabaran, tak susah menyebutnya. Tapi tulus memberikan maaf pada mereka yang terlalu zhalim, itu tak semudah berpindah dari mengunyah soto ke rawon.
Sabar menerima ketidak-adilan, diskriminasi dan kesewenang-wenangan, pun tidak semudah melewati jalan berlumpur saat kita sedang off-road.
Manusia dengan potensi baik dan buruk, marah dan sabar, tidak mudah menanggalkan begitu saja salah satu dari dua perbuatan yang saling berhadapan tersebut.
Baca Juga : Jangan Lalaikan Shalat!
Maka, kesadaran sebagai manusia yang tak henti berbenah, itulah visi keutamaan manusia selama hayat masih dikandung badan. Kita tidak akan mengejar kebaikan malaikat, tapi kita juga tidak akan menyerah pada kejahatan setan.
Kita bisa ribut pada satu hal, tapi kita juga bisa saling berkasih pada hal yang lain. Kita bisa bermusuhan pada masalah tertentu, tapi kita juga bisa bercinta pada masa yang lain.
Allah Ta’ala telah menegaskan bahwa manusia telah dicetak pada bentuk terbaiknya. Tapi ketika kita tidak bisa merawat kemanusiaan ini, kita diancam akan dihinakan sehina-hinanya melampaui makhluk yang paling hina!
Keteguhan menggenggam keimanan dan terus tak lelah berbuat baik, itu adalah pertahanan utama agar kita tetap menjadi manusia yang semestinya. (Abrar Rifai)
2 thoughts on “Manusia”