Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Kampung Naga: Merawat Adat, Memelihara Budaya

Satu di antara kampung adat di Nusantara yang sepatutnya kita kunjungi, adalah Kampung Naga. Kampung Naga terletak di Neglasari, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Lestari alamnya, karena terus dijaga dan dirawat. Tidak dirusak dan tidak dieksploitasi secara berlebihan. Bertani dan beternak pun masih menggunakan pupuk dan pakan organik.

Baca Juga : Berkunjung Ke Kampung Naga 

Pun, di sana masih ada alas (hutan), yang tidak boleh dijamah. Disebut sebagai hutan adat. Tidak diambil kayunya, tidak diburu binatangnya. Bahkan kalaupun ada pohon yang tumbang, tetap tidak boleh diambil.

Walau terus menjaga adat istiadat warisan nenek moyang, tapi masyarakat kampung Naga tetap terbuka untuk belajar ilmu pengetahuan. Maka, orang-orang Kampung Naga bersekolah sebagaimana orang-orang lainnya.

Bahkan di antara mereka menempuh pendidikan tinggi dan menjadi profesional dengan bidangnya masing-masing. Hanya saja, untuk di Kampung Naga memang tetap bertahan dengan wasiat leluhur.

Tidak boleh ada listrik, tidak boleh ada TV berwarna dan tidak boleh ada pengeras suara seperti toa dan sejenisnya. Jadi walau di kampung Naga ada masjid, adzannya tidak boleh pakai toa.

Hanya suara manusia saja yang dibawa angin sampai ke telinga penduduk melalui celah-celah rumah papan ataupun rumah gedek. Menariknya, orang kampung Naga, seratus persen beragama Islam. Masjid terletak di tengah-tengah kampung.

Dipakai shalat Jum’at, shalat berjamaah dan belajar mengaji. Segenap aturan adat yang melekat pada orang kampung Naga, itu hanya berlaku di dalam kampung Naga. Adapun di luar kampung Naga, mereka bisa menggunakan listrik, menonton tivi warna dan lain -lain.

Namun ada satu hal yang manarik, di Kampung Naga tidak ada listrik, tivi berwarna dan lain-lain. Tapi untuk handphone, mereka pakai, walau di dalam kampung Naga sekalipun. Tidak ada larangan! Menurut keterangan Pak Darmawan yang saya wawancarai, sebab handphone ini baru ada sekarang.

Jadi tidak termasuk benda atau alat yang dilarang oleh leluhur. Lebih dari itu, kata Pak Darmawan, saat pandemi yang lalu, sekolah yang mengharuskan belajar online, jadi menyulitkan anak-anak Kampung Naga jika mereka tidak pakai handphone.

Pakai handphone tapi tidak ada listrik, jadi gimana dong ngecas-nya? ”Kalau mereka mau ngecas, ya harus keluar kampung dulu. Seperti ke terminal dan lain-lain,” jelas Pak Darmawan. Satu hal lagi yang penting saya utarakan, gadis kampung Naga cantik-cantik, lho. Saya tanya Pak Darmawan, apa perempuan Kampung Naga boleh dipersunting orang luar? “Ooo boleh, Mas!” jawabnya tegas.

Jadi kalau ada perempuan Kampung Naga yang menikah dengan orang luar, mereka bebas untuk memilih tinggal dimana, apakah mau tetap di Kampung Naga atau mau ikut ke kampung suami. So? (Abrar Rifai)

*Bagi kawan-kawan yang mau lihat-lihat suasana Kampung Naga, sila tengok channel YouTube saya: Abrar Rifai Journey. Matur nuwun…

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: