Ramadhan, janganlah cepat pergi. Mohon engkau berkenan menunggu, hingga kami sempat memantaskan diri memberikan jamuan terindah untukmu.
Tuhan, sungguh ini adalah Ramadhan yang paling terjal yang pernah hamba lalui sepanjang hidup. Saat di mana keringkihan mendera raga dan ketidak-berdayaan menghantam hati.
Ramadhan sudah berada di tengah. Separuh sudah berlalu, separuh yang akan datang, semoga masih ada suluh semangat di ujung sana.
Tuhan, mohon perkenankan hamba merengkuh Ramadhan dengan segenap cinta yang Engkau anugerahkan. Cinta yang mungkin tak pantas, cinta yang tak layak, cinta yang penuh bungkus kepura-puraan.
Ramadhan, usah pergi dulu. Tetaplah di sini, pada padang perburuan yang kami tak tahu apa yang akan kami dapat. Mungkin kami berjaya mrmbawa pulang kijang ataupun rusa. Tapi mungkin juga kami yang binasa diterkam binatang buas!
Baca Juga : Kemanusiaan
Tuhan, mohon perkenankan sehat jiwa dan raga kami, agar kami bisa memungkasi Ramadhan ini semestinya. Sebak rasanya, harus makan pada siang hari di tengah jutaan muslimin lainnya berpuasa. Al Qur’an yang masih terlantar, karena tak bisa berlama-lama hamba menderasnya. Duh!
Ramadhan, kau datang hanya sekali setahun. Bilanganmu sudah berhitung waktu. Tak sesiapa pun yang bisa menghambat atau memacumu. Maka, kamilah yang seharusnya mematut diri untuk tampil sebaik mungkin selagi bersamamu.
Tuhan, ampuni segenap dosa dan salah hamba. Sungguh kami sadar, bahwa segenap dera yang hamba alami, itu tersebab dosa-dosa yang hamba perbuat sepanjang tahun tanpa jeda. (Abrar Rifai)
Terkait
Jujurlah!
Bersabarlah
Ampunan di Pertengahan Ramadhan