Satu di antara hal yang akan terus melegenda dan terus kita banggakan, adalah peristiwa perang Badar, yang disebut sebagai pembeda antara haq dan batil atau iman dan kufur.
Tak sesiapapun kala itu yang menyangka bahwa 300 orang akan sanggup melumat 1000 orang dengan persiapan senjata dan logistik yang lebih lengkap.
Baca Juga : Jangan Mau Dikurung Bara Fitnah!
Kalau seandainya kala itu sudah ada pengamat, pasti semuanya akan sepakat bahwa kaum muslimin akan jadi pecundang. Tapi nyatanya pasukan yang dipimpin langsung Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam– tersebut bisa melumat pasukan Abu Jahal!
Berkaca pada cerita sejarah ataupun hitungan matematika, semua yang besar bermula dari kecil, yang banyak berawal dari yang sedikit.
Sebab kerja-kerja perjuangan itu bukan sulapan. Tapi ia adalah perjalanan mewujudkan visi dan narasi. Inilah energinya.
Maka, sesiapa yang berhimpun karena idealisme dan kekokohan narasi, tak akan mundur hanya karena di hadapan menangkap sinyal kekalahan.
Tapi sesiapapun yang sekedar emosional dan ikut berhasrat menumpang untuk menyampaikan dirinya ke tujuan pribadi, bisa dipastikan akan segera mundur dengan teratur.
Apalagi, yang sekedar menumpang gratisan dan bahkan meminta logistik dari perahu yang tengah ditumpanginya.
Seyogyanya, kalau memang memutuskan telah berhimpun, mari terus bersama menaiki kapal yang sama hingga dermaga tujuan.
Kapal ini walau baru saja dilautkan, mungkin sudah ada beberapa titik yang bocor, mari kita tambal bersama-sama. Para nakhoda mungkin tak sesuai ekspektasi kita, mari kita maklumi. Asal memang mereka masih tetap berlayar ke dermaga impian.
Sebagai pindahan dari kapal yang pernah ada sebelumnya, karena kita sepakati keburukannya, bagaimana pun residu itu akan tetap ada setelah kita pindah ke perahu baru.
Jadi seharusnya tetaplah bersama di perahu ini sebagaimana komitmen yang dibangun di awal-awal kita lompat ke sekoci dari kapal lama, hingga akhirnya kita bisa membina perahu baru dengan segenap keringat dan kepenatan.
Tapi kalaupun kawan-kawan yang sudah terlanjur patah arang dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan di perahu ini, tetaplah menjadi pelayar. Atau kalau tidak, sebaiknya patah balik ke tepian, berjemur saja dengan bahagia di atas pasir pantai yang nyaman.
Sebab samudera ini begitu luas, gelombang sering kali melampui tingginya gunung, badai dan topan akan sering menghantam. Maka ia tak akan sanggup diarungi oleh mereka yang mutungan. (Abrar Rifai)
1 thought on “Akankah Kita Sampai ke Dermaga Tujuan?”