Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Rumah Kebijaksanaan Luqman

Oleh: Ustadz Roni Haldi

Al-Qur’an sebagai kitab penutup tiada wahyu atau kitab setelahnya memiliki keistimewaan dalam membahas banyak hal, salah satunya keluarga. Menurut Abdul Wahab Khallaf, pakar hukum Islam, terdapat 70 ayat yang secara spesifik mengulas tema keluarga. Dan bahkan dari tema keluarga, dipersempit lagi pembahasannya sampai pada pembahasan peran dari kedua orangtua, yaitu ayah dan ibu.

Bangunan sebuah rumah tangga yang kokoh dimulai dari kebijaksanaan seorang suami dari istri atau ayah dari anak-anaknya. Peran ayah dalam keluarga sangatlah penting. Ayah merupakan sosok yang penting dalam keluarga. Selain sebagai pemimpin, ayah juga sering dijadikan idola dan panutan anak-anaknya. Saat menjalankan kewajibannya dengan baik, ayah menjadi sosok panutan yang bertanggungjawab dengan melindungi keluarganya.

Peran ayah dalam keluarga juga tentu akan memberikan pengaruh dalam pembentukan sebuah keluarga. Meski ayah dan ibu memiliki peran dan fungsinya masing-masing baik dalam hal pengasuhan anak maupun rumah tangga, peran ayah memiliki nilai yang lebih tinggi sebagai pemimpin. Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya,

(وَهُوَ ٱلَّذِی جَعَلَكُمۡ خَلَـٰۤىِٕفَ ٱلۡأَرۡضِ وَرَفَعَ بَعۡضَكُمۡ فَوۡقَ بَعۡضࣲ دَرَجَـٰتࣲ لِّیَبۡلُوَكُمۡ فِی مَاۤ ءَاتَىٰكُمۡۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِیعُ ٱلۡعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورࣱ رَّحِیمُۢ)

“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” [QS. Al-An’am : 165].

Kepemimpinan yang akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Termasuk peran seorang suami atau ayah terhadap keluarganya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun juga bersabda mengingatkan akan peran dan tanggungjawab tersebut.

“Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. An-Nasai).

Sejak 15 abad yang lalu, Al-Qur’an telah mengisahkan figur seorang ayah yang bijaksana. Seorang ayah yang senantiasa membimbing-mengarahkan anak-anaknya tentang pegangan hidup yaitu keimanan kepada Allah SWT. Ayah yang selalu mengingatkan anak-anaknya agar berhias dengan akhlak mulia dan berbakti kepada kedua orang tua.

Kisah itu menceritakan bagaimana seorang ayah mengambil tanggungjawab hanya mendidik kebijaksanaan kepada anaknya dengan menyampaikan beberapa petuah hidup. Kisah itu dimulai diawali dengan panggilan kasih sayang penuh kelembutan sebagai bukti kedekatan hubungan diantara keduanya.

“Ya bunayya” (wahai anakku),” dan keagungan tutur bahasa seorang ayah bernama Luqman pada anaknya itu diabadikan Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19.

(وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَـٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ یَعِظُهُۥ یَـٰبُنَیَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِیمࣱ. وَوَصَّیۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَ ٰ⁠لِدَیۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنࣲ وَفِصَـٰلُهُۥ فِی عَامَیۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِی وَلِوَ ٰ⁠لِدَیۡكَ إِلَیَّ ٱلۡمَصِیرُ. وَإِن جَـٰهَدَاكَ عَلَىٰۤ أَن تُشۡرِكَ بِی مَا لَیۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمࣱ فَلَا تُطِعۡهُمَاۖ وَصَاحِبۡهُمَا فِی ٱلدُّنۡیَا مَعۡرُوفࣰاۖ وَٱتَّبِعۡ سَبِیلَ مَنۡ أَنَابَ إِلَیَّۚ ثُمَّ إِلَیَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ. یَـٰبُنَیَّ إِنَّهَاۤ إِن تَكُ مِثۡقَالَ حَبَّةࣲ مِّنۡ خَرۡدَلࣲ فَتَكُن فِی صَخۡرَةٍ أَوۡ فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ أَوۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ یَأۡتِ بِهَا ٱللَّهُۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَطِیفٌ خَبِیرࣱ. یَـٰبُنَیَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَاۤ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَ ٰ⁠لِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ. وَلَا تُصَعِّرۡ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمۡشِ فِی ٱلۡأَرۡضِ مَرَحًاۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالࣲ فَخُورࣲ. وَٱقۡصِدۡ فِی مَشۡیِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَ ٰ⁠تِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِیرِ)

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ‘Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Akulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempuyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti. Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting. Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan bersederhanalah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 13-19).

Rangkaian ayat tersebut membenarkan bahwa Luqmanlah yang memberikan nasihat kebijaksanaan kepada anaknya agar peroleh bahagia di kehidupan dunia dan akhirat. Ayat ini menggambarkan bagaimana ketabahan Luqman sebagai ayah menasehati anaknya dengan bekal pokok kehidupan. Seakan menguatkan bahwa ayah adalah pendidik atau educator dalam keluarga, ayah adalah guru bagi anak-anaknya, baik di dalam maupun di luar rumah.

Seorang ayah memiliki peran sebagai pemimpin sekaligus pendidik bagi anak-anaknya. Dia tidak bisa melepaskan begitu saja tanggungjawab pendidikan anak-anaknya hanya kepada guru dan sekolahnya. Anak memerlukan ayah dalam perkembangannya, yang tidak dapat digantikan oleh siapa pun dan tergantikan oleh kapan pun jua. Karena seorang ayah adalah matahari bagi keluarganya. Petiklah kebijaksanaan Luqman dalam mendidik anaknya akan petuah kehidupan, agar bahagia di dunia kehidupan. []

Ilustrasi gambar : Pinterest

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: