
Pernahkah kamu merasa seperti ada sesuatu yang ‘ganjal’ dalam hati, tapi sulit untuk diungkapkan? Kalian tahu perasaan ‘nggak enak’ itu, kan? Ternyata, di balik perasaan itu, ada sesuatu yang lebih dalam.
Perasaan ini biasanya muncul ketika kita selesai mengalami atau menyaksikan hal yang tidak kita inginkan. Misalnya, jatuh dari tempat tinggi, putus cinta, tenggelam, dll. Setelah itu kita merasa sangat tidak nyaman jika berdekatan atau bertemu dengan hal-hal yang berhubungan dengan itu semua.
Orang lain biasanya menyebutkannya dengan sebutan “Trauma”. Kita semua percaya dengan adanya trauma.
Baca Juga : Terima kasih, Diri..
Namun ada hal yang mengejutkan di dalam buku “The Courage to be Disliked: How to Free Yourself, Change Your Life and Achieve Real Happiness”. Di dalam buku yang ditulis Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga itu meyakini bahwa trauma itu tidak ada. Sebaliknya yang ada adalah ketidakberanian untuk menjadi bebas.
Wah, ini sangat menarik ya!
Ternyata ada dua teori psikologi yang membahas mengenai trauma. Umumnya, kita menganut teori dari Freud. Teori ini mengatakan bahwa yang kita rasakan saat ini adalah akibat dari masa lalu yag dialami. Artinya, ketidakbahagiaan yang dirasakan adalah akibat dari masa lalunya.
Namun, terdapat teori lainnya yang berpendapat berbeda mengenai trauma ini. Teori Adler mengatakan bahwa rasa tidak nyaman itu karena tidak sesuai dengan tujuan orang tersebut.
Misalnya, seseorang mempunyai tujuan dalam diri untuk tidak mengalami cedera. Lalu suatu saat dia mengalami jatuh dari tempat yang tinggi dan itu menyebabkan dia cedera. Ketika itu dia menyimpulkan bahwa tempat tinggi mengakibatkan cedera. Semenjak itu dirinya memutuskan untuk berusaha menghindari tempat tinggi karena dia tidak ingin cedera.
Baca Juga : Mengenali Diri Sendiri, Kunci Keberhasilan
Rasa tidak nyaman yang ditanamkan itulah yang membentuk kepribadiannya.
Lalu, apa yang bisa mengubahnya?
Berani!
Satu kata itulah yang bisa merubahnya. Berani mengubah Kesimpulan, berani menjadi bebas, berani mengubah mindset. Jatuh dari ketinggian bukanlah dikarenakan ketinggian itu. Namun, jatuh dari ketinggian disebabkan kurang safety kondisi saat itu. jadi yang harus dilakukan bukanlah menghindari ketinggian. Sebaliknya, yang harus dilakukan adalah meningkatkan dan memastikan safety nya.
Begitulah teori Adler berpendapat.
Bagaimana dengan Anda? Tertarik mencoba?
Terkait
Pintar Tapi Cepat Bosan? Begini Cara Efektif Belajar untuk Anak Ber-IQ Tinggi!
Burnout pada Orang Tua: Bagaimana Mengatasinya?
Teknologi: Teman atau Pengganggu?