Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Cemburu itu Melumpuhkan Logika

Oleh: Fahima Indrawati

Adalah istri Nabi SAW yang memotori pemboikotan terhadap Baginda SAW, Hafshah binti Umar bin Khaththab Ra bersama ‘Aisyah binti Abu Bakr Ra. Mereka berdua tengah melakukan persekongkolan dengan mempengaruhi istri-istri yang lain untuk menuntut Baginda SAW agar menceraikan budak Mariyah al Qibtiyah, hadiah dari Raja Mesir.

Di beberapa riwayat, semua bermula disaat Hafshah mendapati Rasulullah SAW bersama Mariyah Al Qibtiyah berada di rumahnya sambil meminum madu. Alangkah murkanya Hafshah Ra dan meledaklah cemburu dan tangisnya yang tiada berkesudahan.

Hingga Rasulullah SAW menghibur Hafshah Ra dan bersedia menceraikan Mariyah Al Qibtiyah dan tidak akan meminum madu lagi. Kisah cemburu para istri Baginda Rasulullah SAW, teramat indah Allah SWT abadikan di dalam QS. At Tahrim, ayat 1 – 5. Di awal ayat surat ini Allah SWT menegur Nabi SAW, akan sumpah beliau hendak mengharamkan atas dirinya dari apa-apa yang Allah SWT halalkan.

Begitu lembutnya hati baginda Nabi SAW dalam memahami perasaan istri-istrinya, hingga tuntutan mereka hendak Rasulullah SAW kabulkan. Akan tetapi Allah SWT mempunyai ketetapan yang lain. Bahwa cemburu yang tiada mendasar seringkali melumpuhkan nalar logika. Allah SWT ingin meluruskan ini, bahwa hukum mesti ditegakkan atas dasar obyektifitas dan kemaslahatan.

Cemburu yang menjadi pangkal persekongkolan Hafshah Ra dan ‘Aisyah Ra menjadikan kesedihan Rasulullah SAW hingga mendiamkan istri-istrinya selama satu bulan. Hal ini membuat para sahabat Ra resah. Mereka pukulkan kerikil dan batu ke lantai Masjid Nabawi. Hingga Umar bin Khathab Ra turun tangan. Menemui baginda Nabi SAW dan memarahi putrinya Hafshah Ra.

Cemburu hanya bisa diredam dengan dua pilihan. Mereka diceraikan baik-baik dengan nafkah yang cukup, atau setia bersama Nabi SAW. Maka imanlah yang menuntun mereka para istri dan ummahatul mukminin tersebut untuk memilih pilihan terbaik. Setia mendampingi sang kekasih Rasulullah SAW.

Aisyah Ra dinikahi Baginda Nabi SAW disaat masih perawan, menjadikan sosok ‘Aisyah adalah istri yang paling pencemburu. Begitu cintanya kepada sang kekasih, hingga rasanya tidak boleh perempuan lain mengisi relung hati Sang Nabi SAW.

Pun, cemburu itu tak tertahankan. Di saat ‘Aisyah Ra sering mendapati baginda Rasul SAW senantiasa menyebut nama Khadijah Ra istri pertama yang telah berpulang.

“Apa yang membuatmu terus menyebut nama perempuan tua itu, padahal Allah telah menggantikan dengan aku yang muda lagi perawan” sergah ‘Aisyah kesal penuh bara cemburu.

“Tidak ada yang mampu menggantikan kedudukan Khadijah Ra, karena ia yang mempercayaiku, di saat yang lain mendustakanku, ia yang mendukungku, di saat yang lain menjauhiku, dan ia yang telah memberikan semua hartanya untuk mendukung dakwah, serta darinya ku memiliki anak” Jawab baginda Rasul SAW tetap tenang, membuat ‘Aisyah bergeming.

Ada kalanya cemburu itu melukai perasaan, di saat istri Rasulullah SAW yang lain, Shafiyah Ra menghidangkan roti kepada sang Nabi SAW. Dengan spontan, tangan ‘Aisyah menampik nampan roti dan berhamburan isinya. Disaksikan para sahabat, Rasulullah SAW memunguti remahan roti sambil bersabda, “Ibumu (‘Aisyah Ra) sedang cemburu”.

Duhai, akhlak seorang suami macam mana begitu agung lagi mulia. Rumah tangganya yang penuh rona pun, menjadi pelajaran hikmah bagi umatnya, tentang menjaga cinta. Kasih sayang dan kelembutannya mampu mengalahkan semua buncahan kemarahan dari istri-istrinya tersebab cemburu menggelora.

Episode Kesedihan Tiada Tanding

Ada satu episode kesedihan mendalam yang dialami Baginda Nabi SAW dari seluruh etape sirah kehidupannya. Bukan tersebab ditinggal istri tercinta, Khadijah Ra juga bukan ditinggal pamannya, Abi Thalib. Juga bukan di saat beratnya wahyu turun, atau menanggung beban dakwah dirasakan.

Namun kesedihan tentang cemburu dan kesetiaan.Seorang ahli sejarah menyebut, bahwa episode yang membuat Rasulullah SAW benar-benar mengalami kesedihan teramat sangat adalah peristiwa “Haditsul Ifki” yakni adanya berita bohong terkait ibunda ‘Aisyah Ra.

Peristiwa yang diawali tertinggalnya ibunda ‘Aisyah oleh rombongan pasukan perang. Di saat buang hajat, didapatinya kalungnya terlepas. Maka dicarinya hingga ketemu. Namun, ternyata rombongan tanpa sadar telah meninggalkan beliau. Hingga beliau tertidur dan ditemukan seorang sahabat yang bertugas di belakang, bernama Shafwan bin Mu’aththal.

Maka sambil terkaget Shafwan membaca istirja’ hingga membuat ibunda ‘Aisyah terbangun. Shafwan segera memberi kode agar sang ibunda mulia segera naik onta. Selama perjalanan menyusul rombongan, tiada pembicaraan satu katapun di antara mereka.

Esoknya, gemparlah Madinah. Berita bohong dan hoax menyebar teramat cepat. Justru di kalangan kaum muslimin yang dikompori gembong munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul.

Rasulullah SAW teramat terpukul. Apalagi ibunda ‘Aisyah Ra. Air matanya tiada berhenti mengalir. Hingga beliau jatuh sakit. Kegalauan Rasulullah SAW semakin membuncah, dikala wahyu pun tiada turun. Bagaimana Allah SWT menjawab atas tuduhan itu. Suasana duka menyelimuti rumah tangga Nabi SAW. Semua seakan menikmati “infotainmen” berita hoax bikinan gembong munafik. Bahkan Rasulullah SAW pun tak kuasa berbuat mencari solusi, kecuali memohon bimbingan Allah SWT.

Hingga wahyu turun, mengabarkan tentang pembebasan ibunda ‘Aisyah Ra dari semua tuduhan. Allah SWT terangkan dalam firmanNya yang panjang tentang kisah haditsul ifki di surat An Nur ayat 11 – 22. Maka tersenyumlah Rasulullah SAW dan berbahagialah ibunda ‘Aisyah Ra.

Ya Rasulullah… Mengeja setiap sirahmu, seakan tiada pernah cukup. Menggali hikmah di sebalik kehidupanmu ya Baginda Nabi SAW, serasa cinta dan rindu ini tak mampu menahan. Dan di setiap kisahmu, adalah keteladanan terbaik, kesempurnaan akhlak dan tingginya keagunganmu tiada banding. Ya Habibina SAW

Kami rindu padamu

اللهم صلى على سيدنا محمد و على آله و صحبه أجمعين

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: