Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Ustadz Salon Konon

Terlalu banyak orang yang dipanggil ustadz di Indonesia. Terlalu serampangan dan tidak berdasarkan parameter yang jelas. Terlebih lagi di sosial media. Sehingga hal tersebut mengaburkan arti ustadz yang sesungguhnya. Maka, kemudian bermunculanlah ustadz abu janda, ustadz fulan bin fulan dan seterusnya.

Ustadz sejatinya adalah sebutan mulia untuk orang-orang yang punya kapasitas keilmuan tertentu. Oleh karena itu, selama ini saya lebih berharap dipanggil ‘Pak’ atau ‘Mas’ saja daripada ustadz. Sebab saya merasa tidak punya pengetahuan apapun untuk layak disebut ustadz. Tapi tetap saja banyak yang nekat manggil saya ustadz. Maka ketika itu saya hanya bisa berdoa, “Allahumma haqqiq zhannahum biya!”

Rangkuman dari beberapa kamus, ustadz artinya adalah:
1- المعلّم العالم بما يعلّم و يدرّرس, العارف له
Seorang pengajar yang berpengetahuan dan memahami apa yang diajarkannya.
2- الماهر في الصناعة يعلّمها غيره
Seorang yang menguasai satu keterampilan, kemudian diajarkannya kepada orang lain.
3- لقب علمي عالٍ في الجامعة
Sebutan atau gelar akademis terhormat pada perguruan tinggi. (Tapi juga bisa di lembaga pendidikan di bawahnya: SMA, SMP dan seterusnya.)

Bentuk جمع jamak dari kata أستاذ (ustadz) adalah أساتيذ (asatidz) atau bisa juga أساتذة (asatidzah). Sedang مؤنّث (muannats), sebutan untuk perempuan adalah أستاذة (ustadzah). Jamak ustadzah ialah أستاذات (ustadzat).

Jelas ya, bahwa jamaknya ustadzah adalah ustadzat, bukan asatidzah. Sebab asatidzah sendiri adalah jamak (mudzakkar) dari ustadz, sebagaimana asatidz. Ini perlu lebih ditegaskan, karena masih banyak yang beranggapan bahwa asatidzah adalah jamak muannats. 🙂

Nah, ini masih terkait postingan saya yang memuat foto Sherly dan Tsamara. Mungkin salah seorang komentator yang saya bantah komennya disaksikan teman-temannya yang lain. Sehingga muncullah komen serangan dari orang orang yang sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan saya sebelumnya. Bahkan berteman di FB pun tidak.

Lucunya lagi, hanya untuk menyerang saya di postingan tersebut seorang di antaranya tanpa ragu menyebut saya sebagai ‘Orang yang dianggap ustadz’. Jadi saya ini dianggap ustadz. Tapi berikutnya setelah kata ustadz, dibubuhkan juga kata salon. Jadi ustadz salon. 🙂

Sebutan ustadz salon itu, saya tahu, sebenarnya dimaksudkan untuk menghina. Dianggapnya saya ini jadi ustadz karena dipoles sebagaimana banyak penceramah dadakan di tivi tivi itu. Atau karena rajin posting nasehat nasehat keagamaan di sosial media.

Disinilah yang bersangkutan menunjukkan kengawurannya. Tidak menelisik lebih jauh, tapi main nyolot aja. Sekedar melampiaskan kemarahan, hanya karena sebuah postingan yang belum ia ketahui maksud yang sesungguhnya. Atau ikutan menyerang, hanya karena seorang temannya telah lebih dulu menyerang saya. Jadi ceritanya, mau bantu. 😀

Padahal temannya yang lebih dulu menyerang saya dengan sebutan ‘postingan gini-gini melulu’, ternyata dipantik oleh postingan atau komen-komen di tempat lain. Tapi ngamuknya pada postingan saya. Kalau begini kan kacau! 😀

Kalau kita perhatikan definisi kata ustadz sebagaimana penjelasan di atas, jelas bahwa ustadz itu adalah pengajar. Atau kata lainnya adalah guru. Bahkan tidak ada yang secara jelas menerangkan bahwa ustadz itu terbatas mereka yang berpengetahuan agama saja. Atau yang mengajar ngaji, atau yang mengajar di pesantren.

Maka, ketika seorang kawan saya yang guru kimia berkunjung kepada Habib Ramadhan Alaydrus di Lawang, beliau menyebut kawan saya itu ustadz kimia. 🙂

Pengajar kimia disebut ustadz kimia. Pengajar mengemudi nanti disebut ustadz siyaqah. Pengajar renang disebut ustadz sibahah. Dan begitu seterusnya.

Tapi sebelum kita melekatkan sebutan ustadz pada masing-masing kompetensi tersebut, kita harus benar-benar menyaksikan kecakapannya. Lebih jauh lagi, yang bersangkutan juga harus mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain.

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: