Orang Ramai

Berita Cinta & Cerita

Marhaban Bir-Rabi’

Haru biru petang ini, karena malam nanti ternyata kita akan mula masuk pada bulan Rab’ul Awwal 1443 Hijriyah.

Tak ada alasan untuk tidak gembira menyambut datangnya bulan Maulid. Tak ada yang salah dengan orang yang merayakan bulan Maulid dengan sangat semarak.

Bahkan sepanjang bulan Maulid kalau kita mau bikin perayaan, rasanya taklah cukup sebagai wujud ekspresi bahagia kita akan hadinya bulan mulia ini.

Baca Juga : Sampainya Sang Penempuh Jalan

Satu senandung anak-anak Arab, “Alfushulu arbaah: syita, shaif, kharif wa rabi = musim itu ada empat: dingin, panas, gugur dan semi.”

“Warrabi’u khairul fusul = dan semi adalah sebaik-baik musim.”

Entahlah, apa Rabi’ yang berarti musim semi itu terkait dengan bulan Rabiul Awwal dan Rabiul Akhir yang menjadi nama dua bulan Hijriyah.

Yang pasti, segenap kebaikan Rabi’ menjadi sempurna, karena pada Rabiul Awwal lahir seorang manusia agung. Sebaik-baik manusia (khairunnas), bahkan sebaik-baik makhluk (khairul makhluqat) yaitu Sayyidina Muhammad –shallallahu alaihi wa alihi wasallam.

Mengutip Imam Al Bushiri dalam satu qasidah panjang, beliau menyebutkan:

ما مضتْ فَترةٌ من الرُّسْلِ إِلّا – بَشَّرَتْ قومَها بِكَ الأَنبياءُ
تتباهَى بِكَ العصورُ وَتَسْمو – بِكَ علْياءٌ بعدَها علياءُ
وَبَدا للوُجُودِ منك كريمٌ – من كريمٍ آبَاؤُه كُرماءُ

Tidaklah berlalu seorang rasul (nabi) pun, melainkan mereka pasti memberikan kabar gembira kepada kaumnya, akan kedatanganmu (Muhammad) kelak.

Semua masa saling membanggakan diri akan dekatnya mereka kepada kelahiranmu. Siapa di antara mereka yang paling dekat dengan kelahiranmu, adalah masa yang paling mulia.

Sedang keberadaanmu telah bermula dari rangkaian orang-orang tua terbaik dan paling mulia di tengah kaumnya masing-masing.

Perhatikan pada bait ke dua penggalan syair di atas. Bahwa masa (waktu) saja begitu bangga karena menjadi masa yang paling dekat dengan kelahiran Baginda Nabi. Tentu yang paling berbangga adalah Rabiul Awwal, sebab pada bulan ini Baginda lahir.

Itulah juga yang menjadikan kita begitu gembita menyambut bulan Rabiul Awwal –yang kemudian kita sebut sebagai bulan Maulid, sebab pada bulan inilah junjungan kita, Sayyiduna Rasulullah Muhammad –shallallahu alaihi wasallam– lahir.

Bagaimana kita tidak gembira, sebab kelahiran Baginda Nabi, yang Allah tetapkan di bulan ini, adalah awal cahaya bagi segenap alam.

Dimana sebelumnya, dunia penuh dengan angkara, penuh kekejian dan berada pada puncak kesesatan, hingga menyembah matahari, bebatuan, pepohonan dan bahkan patung yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.

Rasulullah lahir pada bulan ini, untuk membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dari kesesatan menuju hidayah. Dari kekejian kepada kemuliaan.

Segenap pujian dirangkai untuk menyanjung Rasulullah, dan dibacakan pada bulan Maulid. Diba’ dan Burdah adalah dua di antaranya yang paling populer, dibaca oleh berjuta kaum muslimin di semua benua.

Lantas ada yang menyoal, kenapa harus memperingati kelahiran Rasulullah, kenapa pada bulan Maulid penuh dengan perayaan?

Bukankah Rasulullah tidak pernah mengajarkan?

Rasanya tak perlu secara khusus Rasulullah mengajarkannya, sebab semua ini adalah ungkapan cinta. Sedang cinta adalah suara hati yang tidak perlu diajarkan.

Ini bukanlah ibadah mahdhah sebagaimana shalat, puasa dan lainnya, yang memang harus mendapat pengajaran dan tuntunan khusus dari Rasulullah. Tidak mengikuti tuntunan tersebut adalah salah!

Tapi merayakan kelahirannya, adalah luahan cinta yang hanya akan dilakukan oleh para pencinta. Sedang yang tak punya rasa sebagaimana yang kami rasa, tak usah menyoal rasa cinta ini. (Abrar Rifai)

Pin It on Pinterest

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
%d bloggers like this: